Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk penghematan anggaran. Adapun cara yang bisa dilakukan dan misalnya menghitung beban kerja pegawai dengan perjalanan dinas. Hal ini pun dilakukan agar tidak mengurangi anggaran yang lainnya.
“Contoh, kalau perjalanan dinas bisa dihemat sesuai dengan kebutuhan atau urgen prioritas tidak apa-apa. Tapi, banyak sekali perjalanan dinas yang sebenarnya tidak dibutuhkan tatap muka. Tatap muka, sebenarnya banyak teknologi yang bisa digunakan seperti zoom dan lainnya,” ujar Elfanda Ananda.
Dengan menggunakan teknologi, hal ini lebih bisa efisien dari tatap muka. Kalau perjalanan dinas bisa dihitung seberapa efektif dan kalau tidak, bisa dilakukan dan dilakukan evaluasi sehingga baiknya tidak dilakukan.
“Menggunakan teknologi untuk koordinasi antar wilayah di Simalungun. Hal ini akan membantu biaya koordinasi, yang harusnya tatap muka bisa dilakukan zoom gunakan teknologi. Lalu, belanja-belanja seremonial bisa dipangkas yang tidak perlu. Lebih baik dialihkan untuk kepentingan masyarakat,” harapnya.
Baca juga :Â 405 Guru Honor Lulus P3K Geruduk Kantor DPRD Labuhanbatu, Ini Pemicunya
Dalam hal ini, refocusing juga tidak menjadi solusi. Diungkapkan Elfanda, refocusing merupakan sesuatu yang memang ada kejadian sehingga dibuat regulasinya.
“Refocusing untuk apa, dan ada sesuatu yang harus dan tidak bisa tidak. Namun kalau tidak ada, apa yang mau direfocusing dan misalnya kemarin Covid untuk penanggulangan. Sekarang mau diarahkan kemana anggaran itu,” ucapnya.
Dijelaskan Elfanda, refocusing sama prioritas merupakan hal yang berbeda. Kalau prioritas anggaran itu memang sudah menjadi dan telah diatur. Kalau refocusing itu sesuatu yang memang ada kejadian sehingga regulasinya dibuat.
“Jadi jangan latah-latahan menyebut refocusing, tetapi tidak jelas situasinya. Kalau mereka fokus pada infrastruktur mau diprioritaskan silahkan, tapi memang harus dihitung kemampuan keuangan daerah,” pungkasnya. (hamzah/hm18)
