“Hingga saat ini pun kami juga ingin saudara saya ini sembuh, tapi bagaimana lagi. Jika punya tanah, pasti sudah kami jual untuk pengobatannya, tapi kami gak punya,” imbuhnya.
Akhirnya, sebuah keputusan yang sulit harus mereka jalankan, yaitu menempatkan anggota keluarga mereka yang menderita sakit jiwa (Handerson) di sebuah kurungan besi.
Model kurungan besi mereka pilih karena dianggap lebih layak daripada dilakukan pemasungan. Rata-rata mereka beralasan mengurung karena tidak ingin kabur dari rumah dan karena tingkah laku yang tidak terkontrol.
Baca juga: Pengamat Sebut Calon Pemimpin Siantar Harus Mampu Beri Mimpi yang Sempurna
Kini, sudah sekitar 3 tahun Handerson Harianja menempati kurungan lonjoran besi yang diletakkan di samping rumahnya.
“Kalau merusak perabot saja masih terbilang kecil lah. Bahkan juga pernah mukul orang tua,” tambah Junita.
Junita tidak mengetahui pasti penyebab terjadi kelainan jiwa tersebut. Ia hanya menerka penyebabnya adalah tekanan yang dulunya karena tidak mendapatkan ijazah Sekolah Menangah Atas (SMA) dan karena faktor biaya juga. (abdi/hm25)