Pematangsiantar, MISTAR.ID
Wali Kota Susanti Dewayani menyebut Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematangsiantar sangat berperan dalam mengantisipasi gejolak harga, dan bertugas memantau di pasaran secara kontinu.
Selain itu, kata dia, memonitoring stok dan menggelar inspeksi mendadak (sidak) pasar dan pasar murah. Langkah itu diharapkan dapat menekan laju inflasi serta mempersiapkan kemungkinan kenaikan harga ke depannya.
“Melalui high level meeting (HLM) TPID tercipta langkah-langkah atau atau program yang dapat mengantisipasi gejolak harga dan mendorong kerja sama antar daerah (KAD),” kata Susanti dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/8/24).
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Zulfan menyampaikan laju inflasi month to month (m-to-m) Kota Pematangsiantar mengalami deflasi -0,31 persen di Juli 2024. Untuk Provinsi Sumatera Utara (Sumut) deflasi -0,82 persen, dan secara nasional mengalami deflasi -0,18 persen.
Baca juga:Â Inflasi Siantar Januari 2021 Tetap Terjaga
Penyumbang utama yang memberikan andil deflasi terbesar, kata dia, di antaranya bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, tomat dan jeruk. Sedangkan komoditas dengan andil inflasi terbesar di antaranya sigaret kretek mesin, beras hingga ke biaya anak sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematangsiantar, Muqorobin menyebut terjadinya deflasi khususnya pada penurunan harga cabai merah dan bawang merah disebabkan faktor meningkatnya stok panen raya di wilayah Kabupaten Simalungun dan sekitarnya.
Dikatakan, di sisi lain peran TPID di Kota Pematangsiantar semakin matang dengan mampu mempersiapkan kemungkinan kenaikan harga pada Semester II 2024 dengan mengadakan kegiatan pasar murah, KAD, rapat koordinasi, HLM, dan gerakan tanam.
Sementara kenaikan harga beras secara tren historis, Muqorobin bilang, diperkirakan akan naik selama Semester II tahun 2024. Di mana harga berfluktuasi mengikuti kondisi pasokan panen beras.
