“Kalau nilainya sama kan itu kebijakan pimpinan. Jabatan-jabatan profesional nggak boleh ada yang diskriminasi, karena penilaiannya bukan di persoalan agama, tetapi di skill atau kemampuan si pelamar kerja,” pungkas Rafriandi.
Sementara itu, Direktur RSUD dr Djasamen Saragih, dr Aulia Sukri Sambas mengatakan perekrutan calon pegawai dengan persyaratan khusus beragama muslim untuk mengantisipasi pada saat hari libur besar keagamaan Nasrani. Di Laboratorium rumah sakit yang dipimpinnya saat ini beranggotakan 10 orang pegawai.
Dua pegawai beragama muslim dan delapan di antaranya beragama kristen. Satu dari dua pegawai beragama muslim tengah persiapan menuju pensiun.
Baca juga:Â Ada Ruangan Rehabilitasi Napza di RSUD Djasamen Saragih
“Begitupun kami tadi pagi sudah rapat untuk mengevaluasi untuk memperbaiki pengumuman tersebut berdasarkan hasil rapat,” sebutnya melalui pesan singkat.
Penerimaan pegawai khusus itu, kata dia, agar pelayanan di laboratorium tidak terkendala. Dia pun menyinggung hal itu sebagai salah satu bentuk toleransi di Kota Pematangsiantar.
“Mengantisipasi Natal dan Tahun Baru agar pelayanan tidak berhenti. Justru untuk mendukung toleransi,” tandasnya.
Sekadar menambahkan, tingkat toleransi Pematangsiantar dikepemimpinan Wali Kota Susanti Dewayani sudah semakin membaik. Setelah sempat sebelumnya merosot ke peringkat 51, kini di posisi kesebelas sebagai kota paling toleran di Indonesia. (jonatan/hm25)
