13 C
New York
Friday, October 11, 2024

Pasca Pengalihan Arus Lalin Seputaran Ramayana, Pedagang: Sebentar Lagi Makan Dodaklah Kami

Pematangsiantar, MISTAR.ID – Pasca pengalihan arus lalu lintas (Lalin) di seputaran Ramayana Kota Pematangsiantar, sejumlah pedagang termasuk pihak manajemen Ramayana mengeluhkan omset penjualannya yang menurun cukup signifikan.

Keluhan terparah itu disampaikan oleh M boru Garingging. Pedagang ini mengaku kelimpungan, bahkan hampir menutup usahanya akibat pengalihan arus lalin yang sudah berbula-bulan tersebut. Ia berharap, arus lalin dikembalikan seperti sebelumnya.

“Masih bisanya dikembalikan lagi (arus lalin) itu seperti yang sebelumnya,” tanya ibu paruh baya itu kepada awak Harian Mistar yang menemuinya di tempatnya berjualan, pada Sabtu (2/11/19). “Kalau kek gini terus, sebentar lagi makan dodaklah kami,” keluhnya.

Keluhan yang sama juga disampaikan oleh pedagang lainnya, yakni Monang Siahaan. Bapak tiga anak dari istrinya Boru Sitorus itu mengatakan pasca pengalihan arus lalin, omset penjualannya mengalami penurunan.

“Sejak dialihkan arus lalulintas di sekitar ramayana ini, omset penjualan kita, biasanya dapat Rp200 ribu, sekarang dapat Rp100 ribu pun udah payah,” ujar pria 40 tahun Warga Kecamatan Siantar Timur itu.

Bukan hanya pedagang di seputaran Ramayana, pihak manajemen Ramayana juga mengaku mengalami penurunan omset penjualan pasca pengalihan arus lalin. Seperti dikatakan Manager Ramayana, Syamsul, keluhan itu sudah mereka sampaikan kepada DPRD Kota Pematangsiantar.

“Kita lihat aja nanti hasilnya. Harapan kita, arus lalulintas dikembalikan seperti biasa, kalau sesion lebaran dan natal, pengalihan arus lalu temporer tidak masalah, karena kita pun bisa egois demi kenyamanan bersama. Gak masalah kalau dialihkan secara temporer, khususnya di hari-hari besar,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Samsul bercerita sekilas mengenai keberadaan Ramayana di Kota Pematangsiantar pada 15 tahun lalu. “Dulu, Ramayana diminta untuk berinvestasi di Pematangsiantar. Lalu Ramayana melakukan survei, karena dilihat dari arus lalu lintas yang mendukung waktu itu, akhirnya Ramayana bersedia berinvestasi di Kota Pematangsiantar,” kenangnya.

Samsul juga menceritakan apa dampak Ramayana dari sisi pendapatan untuk Kota Pematangsiantar, mulai dari Royalty, Pajak Bumi dan Bangunan sebesar sekitar Rp 65 juta per tahun, Pajak Parkir sekitar Rp 1,5 juta per bulan, Pajak Hiburan dari permainan anak-anak sekitar Rp 8 juta, Pajak Bilboard logo Ramayana sekitar Rp39 juta per tahun.

“Dan yang terpenting itu sebenarnya adalah, bahwa sekitar 80 persen karyawan Ramayana ini warga Kota Pematangsiantar,” tukas Samsul yang kemudian menyebutkan bahwa pihaknya harus mengeluarkan Rp 200 juta per bulan untuk membayar gaji karyawan, dan sekitar Rp 140 juta per bulan untuk membayar rekening PLN.

“Kalau omset penjualan semakin lama, semakin menurun, bagaimana kita mau menutupi pengeluaran itu semua,” ujar Samsul yang menyebutkan bahwa Ramayana juga sudah menjalankan tanggungjawab sosial berupa Corporate Social Responsibility (CSR), dengan 2 unit mobil pick up kepada Dinas Kebersihan. Dan, sebelum ia jadi manajer, Ramayana juga pernah memberikan CSR berupa 1 unit mobil ke gereja.

Disinggung mengenai besaran Royalti, Samsul mengatakan apabila royalti yang kita berikan itu dinilai kurang sepadan besarannya, pemerintah kota bisa mengkaji ulang setelah kontrak berakhir.

“Sekitar sepuluh tahun lagi kontrak kita akan berakhir, kalau ada permintaan royalti dinaikkan, itu hak pemerintah kota. Kalau sudah ada kesepakatan untuk naik, pasti royaltinya akan naik, semua itu tergantung kesepakatan,” tandasnya.(ferry/hm02)

Penulis : Ferry Napitupulu

Editor : Herman Maris

Related Articles

Latest Articles