10.6 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Ilmuwan Australia Kembangkan Alat Deteksi Wabah Penyakit Melalui AI dan Media Sosial

Canberra | MISTAR.ID – Para ilmuwan dari lembaga ilmu pengetahuan nasional Australia telah mengembangkan sebuah alat yang menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan media sosial untuk mendeteksi fenomena wabah penyakit akut.

Tim dari Data61, unit Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation/CSIRO) yang berfokus pada ilmu data (data science), terinspirasi oleh fenomena badai asma (thunderstorm asthma) yang melanda Kota Melbourne secara tiba-tiba pada 2016.

Sebanyak 10 orang meninggal dan lebih dari 8.000 orang lainnya dirawat di rumah sakit akibat fenomena yang melanda pada 21 November 2016 tersebut. Wabah terjadi setelah serbuk sari rumput rai (ryegrass) terbawa angin dan menyebar ke seluruh kota akibat perubahan suhu yang tiba-tiba menjadi dingin, yang memicu gejala layaknya asma pada ribuan orang.

Pada peringatan tiga tahun fenomena tersebut pada Kamis (21/11), peneliti pascadoktoral Data61 Aditya Joshi mengatakan bahwa tantangan utama dalam menanggapi penyakit akut ialah mendeteksinya sedini mungkin.

“Popularitas media sosial menjadikannya sebagai sumber informasi yang berharga untuk observasi epidemi,” tutur Joshi dalam sebuah rilis media.

“Kami mengembangkan sebuah teknik yang dapat mendeteksi wabah penyakit hingga sembilan jam sebelum wabah tersebut dilaporkan secara resmi dan sebelum berita pertama tentangnya disiarkan.”

“Kita dapat memanfaatkan sumber-sumber informal seperti data media sosial untuk memahami bagaimana fenomena penyakit akut tersebut terjadi, dan kita dapat mendeteksi kapan serta di mana wabah itu kemungkinan terjadi. Ini berarti, rumah sakit dan lembaga kesehatan publik dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.”

Tim tersebut mengajarkan kepada alat itu untuk mencari jutaan unggahan di Twitter yang menyebut istilah-istilah yang dapat mengindikasikan suatu wabah, misalnya “bernapas” dan “batuk”.

Setelah itu, alat tersebut menggunakan dua bidang AI, yakni pemrosesan bahasa alamiah (natural language processing/NLP) dan pemodelan deret waktu statistik, guna memastikan unggahan tersebut mengandung kata-kata yang menginformasikan kondisi kesehatan.

Selain badai asma, alat tersebut juga dapat mendeteksi wabah Ebola, influenza, dan virus Zika, demikian disampaikan CSIRO.

Sumber: Xinhua/Antara
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles