6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Dari Tinjauan Sains, Ilmuwan Ragukan Peristiwa Air Bah Terjadi di Bumi

Jakarta, MISTAR.ID

Para ilmuwan meragukan peristiwa banjir besar atau air bah yang terjadi di zaman Nabi Nuh.

“Satu hal yang kita tau pasti dari geologi adalah banjir global tidak pernah terjadi,” sebut profesor geomorfologi Universitas Washington dan penulis buku ‘The Rocks Don’t Lie: A Geologist Investigates Noah’s Flood’, David Montgomery, Senin (15/5/23).

Air bah yang terjadi pada zaman Nabi Nuh adalah salah satu kisah yang tertuang dalam kitab suci Alquran. Kisah ini juga muncul dalam Perjanjian Lama. Banjir besar terjadi sebagai hukuman Tuhan atas perilaku manusia yang melampaui batas.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Teks Alkitab yang Hilang 1.500 Tahun Lalu

Karena Nabi Nuh adalah manusia saleh, Tuhan memerintahkannya membangun sebuah bahtera untuk keluar ganya dan menyelamatkan dua hewan, burung dan hewan merayap.

Dari tinjauan sains, apakah banjir dahsyat tersebut benar-benar terjadi?

“Jika anda memandangnya sebagai banjir dunia secara harfiah yang menenggelamkan gunung-gunung tertinggi di dunia, saya mohon maaf, tidak cukup air di Bumi ini untuk itu,” lanjut David.

Dia menjelaskan, beberapa banjir yang masuk akal secara geologis dapat terjadi yang menginspirasi cerita tersebut.

Misalnya, pada akhir 1990 an, ahli kelautan William Ryan dan Walter Pitman berhipotesis pada pertemuan American Geophysical Union, bahwa sekitar 7.500 tahun lalu, Laut Mediterania mulai mengalir ke Laut Hitam yang saat itu terisolasi, menyebabkan banjir besar di sekitar Laut Hitam. Ini dapat menyebabkan banjir besar di sekitar Laut Hitam menjadi asal muasal banjir Nuh, jurnal Science melaporkan pada tahun 1998.

Baca juga: Menyangkal Pendapat Ilmuwan Asing, Ahli Geoscience: Gunung Toba Tidak Akan Meletus Lagi

Sebuah studi tahun 2009 yang diterbitkan dalam jurnal Quaternary Science Review mengatakan, banjir yang terjadi lebih kecil skalanya daripada yang dipaparkan Ryan dan Pitman.

Namun, meskipun inspirasi kisah banjir Nuh terbuka untuk diperdebatkan, ada banyak kisah banjir lain dari seluruh dunia yang tampaknya terinspirasi oleh peristiwa regional.

David mengatakan, banyak cerita penduduk asli Amerika di Pasifik Barat Laut, misalnya, melibatkan banjir yang sangat mirip dengan tsunami, dengan ombak besar menerjang pantai. Hal yang sama berlaku untuk cerita dari pantai aktif seismik Amerika Selatan dan Kepulauan Pasifik Selatan.

Sementara menurut Survei Geologi Amerika Serikat, jika surga terbuka dan seluruh air di atmosfer turun ke Bumi sebagai hujan, planet ini bisa tenggelam, tetapi hanya dengan kedalaman sekitar 2,5 sentimeter. Air itu tidak cukup untuk mengapungkan sampan, apalagi bahtera besar.

Namun menurut NASA, jika seluruh gletser dan lapisan es di dunia ini mencair, permukaan laut akan naik lebih dari 60 meter, sehingga air di Bumi ini lebih banyak.

Baca juga: Ilmuwan Inggris Klaim Pecahkan Misteri Foto UFO

Penelitian tahun 2016 yang diterbitkan jurnal Nature Geoscience memperkirakan ada 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di 2 kilometer bagian atas kerak bumi, yang cukup untuk menutupi daratan hingga kedalaman 180 meter.

Namun ada kota-kota yang berada ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi tingginya 8.849 meter di atas permukaan laut. Karena itu, ahli geologi tidak melihat bukti banjir bandang dahsyat dunia.

Menurut dokumen sejarah, air bah di zaman Nabi Nuh menceritakan kembali kisah-kisah yang lebih tua dan kemungkinan besar merupakan alegoris daripada menceritakan secara harfiah suatu peristiwa.

Profesor studi kuno di Ramapo College of New Jersey, Ira Spar mengatakan, kisah-kisah dalam Perjanjian Lama, yang ditulis antara 800 SM dan 500 SM, kemungkinan berasal dari tradisi lisan yang lebih tua dan berbagai sumber.

Menurutnya, ada catatan yang sedikit berbeda tentang kisah banjir Nuh di buku-buku agama lain, seperti Alquran, sementara versi awal dari bencana banjir berasal dari teks kuno Mesopotamia.

Spar mencatat, ada kisah banjir Sumeria yang terekam dalam fragmen-fragmen yang berasal dari akhir milenium ketiga SM. “Siapa yang tau seberapa jauh ke belakang ceritanya?,” tukas Spar. (merdeka/hm16)

 

Related Articles

Latest Articles