10.6 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Beberapa Fenomena Matahari Terjadi di 2023, Begini Jadwalnya

Jakarta, MISTAR.ID

Sederet fenomena langit akan mewarnai tahun 2023. Salah satunya fenomena yang berkaitan dengan Matahari, seperti ekuinoks dan solstis.

Fenomena ini sebetulnya rutin terjadi tahunan. Alhasil, deret fenomena tersebut juga terjadi pada tahun ini.

Contohnya adalah Solstice (solstis) atau Titik Balik Matahari kedua yang terjadi pada Kamis (22/12/2022) dinihari tadi. Hoaks soal bencana yang akan muncul berkaitan dengan solstis sempat viral di media sosial.

Baca Juga: Fenomena Aphelion, Benarkah Sebabkan Suhu Dingin di Indonesia?

Namun usai solstis lewat, tidak ada bencana yang terjadi. Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun telah membantah hoaks itu lewat akun instagramnya.

Lebih lanjut, ORPA BRIN menyebut beberapa fenomena yang berkaitan dengan posisi Matahari disebut dengan penanda Matahari. Penanda Matahari sendiri terdiri dari tiga fenomena, yakni ekuinoks, solstis, dan periapsis.

Ekuinoks

Ekuinoks merupakan fenomena ketika Matahari melintasi ekuator Bumi. Fenomena ini membuat panjang siang dan panjang malam saat ekuinoks tidak terlalu panjang ataupun pendek.

Baca Juga: BMKG Ingatkan Perubahan Iklim Berdampak terhadap Indonesia

Fenomena ekuinoks sendiri terjadi dua kali selama satu tahun, yakni pada 21 Maret dan 23 September.

Solstis

Solstis adalah fenomena ketika Matahari melintasi Garis Balik Utara atau Garis Balik Selatan. Kedua garis ini adalah garis khayal pada bola Bumi yang terletak pada lintang yang senilai dengan kemiringan sumbu Bumi yakni 23,44 LU dan 23,44 LS.

Fenomena ekuinoks dan solstis disebabkan oleh kondisi Bumi yang berotasi secara miring terhadap ekliptika sekaligus mengorbit Matahari, sehingga ujung sumbu rotasi Bumi selalu menghadap ke arah yang sama, yaitu Polaris atau bintang kutub setidaknya hingga dua milenium mendatang, karena mengalami pergeseran bintang kutub.

Baca Juga: BMKG: Waspada! Pasang Naik Air Laut yang Lebih Tinggi Setelah Gerhana Bulan Total

Fenomena ekuinoks dan solstis memberikan dampak adanya pergantian musim terutama bagi negara-negara subtropis dan berlintang tinggi. Secara astronomis, awal musim ditandai dengan ekuinoks dan solstis.

Solstis sendiri terjadi setiap tahun pada Juni dan Desember. Pada 2023, solstis Juni akan terjadi pada 21 Juni, sementara solstis Desember akan terjadi pada 22 Desember.

Periapsis

Periapsis adalah dua titik pada orbit Bumi yang masing-masing memiliki jarak terdekat dan jarak terjauh dari Matahari. Saat Bumi berada pada jarak terjauh, Bumi disebut berada pada titik aphelion dan saat berada pada jarak terdekat disebut sebagai perihelion.

Baca Juga: Di ‘Planet Neraka’ Ini, Setahun Cuma Berlangsung 17,5 Jam

Dalam 200 tahun terakhir, perihelion dan aphelion masing-masing terjadi pada Januari dan Juli. Waktu ini disebut akan bertahan hingga 1300 tahun mendatang.

Pada 2023, Bumi akan berada pada perihelion pada 4 Januari pukul 23.17 WIB dengan jarak 147.098.925 kilometer. Sedangkan aphelion akan terjadi pada 7 Juli pukul 03.06 WIB pada jarak 152.099.968 kilometer.

Kulminasi

Selain tiga fenomena tersebut, ada satu fenomena lagi yang berkaitan dengan penanda Matahari, yakni kulminasi. Kulminasi secara umum merujuk kepada kondisi ketika Matahari mencapai titik tertinggi saat tengah hari.

Istilah kulminasi merujuk pada kondisi ketika Matahari berada di titik zenit atau tepat di atas suatu lokasi di permukaan Bumi.

Kulminasi disebut hanya terjadi di wilayah yang terletak di antara dua garis balik, yakni Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan.

Indonesia dan Ka’bah berada di wilayah tersebut, sehingga kedua wilayah ini mengalami kulminasi.

Salah satu fenomena yang berkaitan dengan kulminasi adalah Hari Meluruskan Kiblat atau Rasydulqiblah. Hari Meluruskan Kiblat adalah ketika Matahari berada di atas Ka’bah saat tengah hari yang terjadi dua kali setahun, yakni 27/28 Mei dan 15/16 Juli.

Fenomena tersebut dapat dimanfaatkan untuk meluruskan kiblat karena saat Matahari berada di atas Ka’bah ketika tengah hari. Pasalnya, bayangan benda di wilayah lain akan mengarah ke Ka’bah ketika kulminasi.

Di Indonesia, kulminasi akan terjadi selama 44 hari sejak 20 Februari hingga 5 April dan 8 September hingga 22 Oktober. Ekuinoks juga menjadi bagian dari Kulminasi Indonesia karena Indonesia dilalui garis khatulistiwa.

Beberapa kota di Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa adalah Pasaman Barat, Koto Alam, dan Bonjol (Sumatera Barat), Pangkalan Lesung (Riau), Lipat Kain (Riau), Tanjung Teludas (Kepulauan Riau), Pontianak (Kalimantan Barat), Santan Hulu (Kalimantan Timur), Tinombo Selatan (Sulawesi Tengah), Kayoa (Maluku Utara) dan Raja Ampat (Papua Barat Daya).(CNN/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles