25.1 C
New York
Tuesday, August 27, 2024

Pilkada 2024: Manusia Lawan Kotak Kosong? Malu Dong!

Tentu, publik menjadi bertanya, apa yang ada di benak para elit utama partai yang ikut main-main politik ini? Boleh jadi mereka menganggap politik itu mainan belaka sebagaimana dilakukan oleh anak-anak.

Karena itu, sangat wajar publik mempertanyakan di mana nurani dan intelektual para elit partai yang ikut bermain-main politik ala anak-anak.

Padahal, publik berharap para elit partai memiliki kepemimpinan yang visioner, ideologis bukan prakmatis, intelektual di bidangnya dan independent.

Jika betul harapan ini teruji, pertanyaan selanjutnya, mengapa mereka masih beramai-ramai berkelompok sehingga seolah-olah menciptakan calon tunggal (manusia) berhadapan dengan kotak kosong sebagai benda mati yang tidak pernah sekolah itu. Ini dapat disebut sebagai politik aneh, alias tidak sejalan dengan kemanusiaan yang beradab.

Lalu yang menarik disimak, pasti ada pemandu permainan terbentuknya calon tinggal itu. Tidak mungkin tidak ada pemandu. Sebagai pemandu, ia pemilik kuasa dan relasi kuasa yang power full.

Baca juga: Pengamat: Putusan MK Perkecil Peluang Kotak Kosong dan Ubah Peta Politik Pilkada

Melihat perilaku elit politik sebagai mana tersaji di atas, tak terbayangkan oleh publik betapa sedihnya hati para pejuang republik ini menyaksikan bahwa kontestasi politik negeri ini dianggap sebagai arena main-mainan oleh para elit partai.

Juga betapa kecewanya para konstituen melihat wakil-wakilnya di DPR sana seperti tak berkutik. Padahal mereka dipilih rakyat bukan dipilih oleh elit partai. Apa yang akan terjadi jika politik di negara ini dianggap lahan main-mainan pemilk kekuasaan.

Betapa menyedihkannya jika calon pasangan pimpinan daerah yang pendidikannya minimal SMA harus berhadapan dengan kotak kosong yang tak pernah sekolah, tak punya hati dan jiwa, tak bisa mendengar, dan tak mampu memandang lawan dan tak mampu menjawab jika dilakukan debat kandidat.

Lalu, terbayangkah perasaan pasangan calon kandidat yang akan melawan kotak kosong? Tidakkah ada rasa malu bahwa dirinya disetarakan dengan benda mati (kotak kosong)? Kalau nanti dirinya kalah melawan benda mati, sakit dan malu. Kalau dirinya menang, ia malu dan sakit. Setiap saat bahkan seumur hidupnya sampai ke anak-cucu dan cicit akan terwariskan sejarah menang karena melawan benda mati, apalagi kalah melawan benda mati.

Karena itu, pertanyaan kritikal, masihkah mau menjadi calon tunggal lawan benda mati? Beranikah menolak jika dijadikan calon tunggal? Seperti kata pepatah, “Takut karena salah, berani karena benar.”

Semoga Tuhan memimpin sosok pemeran ‘pemandu’ partai politik di negeri ini menjalankan fungsinya dengan hati yang takut akan Tuhan. (red/hm20)

Related Articles

Latest Articles