7.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Peran Budaya Sekolah Terhadap Pendidikan Berkarakter

MISTAR.ID – Pendidikan karakter adalah salah satu program prioritas pada masa Kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, pada periode pemerintahan 2015-2019. Program tersebut dicanangkan sebagai visi-misi yang dipakai oleh kedua pasangan sebagai upaya dalam melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno. Program tersebut dinamakan Nawacita.

Menurut definisi dari Wikipedia, Nawacita berasal dari bahasa Sanskerta. Nawa berarti sembilan, cita berarti harapan, agenda dan keinginan. Salah satu dari ke-sembilan intisari program Nawacita tersebut adalah Penguatan Pendidikan Karakter (PKK) yang berisi “Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia”.

Bahkan Presiden menerbitkan Undang-undang yaitu Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter menunjukkan bahwa PPK merupakan salah satu isu yang diprioritaskan oleh Presiden RI.

Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tersebut, maka telah diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 20 Tahun 2018, tentang Penguatan Pendidikan Karakter di satuan pendidikan formal.

Merujuk pada program tersebut di atas yakni Penguatan Pendidikan Karakter (PKK), salah satu yang menjadi pertanyaan kita adalah mengapa harus pendidikan berkarakter?

Presiden Jokowi memberikan penekanan pada pentingnya revolusi mental bangsa Indonesia sebagai upaya yang harus dilakukan untuk menjadi salah satu solusi menghadapi permasalahan bangsa. Apa itu pendidikan karakter?

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang memuat nilai, moral dan norma yang bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir, sikap dan tindakan seseorang sehingga menjadi pribadi, individu, dan anggota masyarakat serta warga Negara yang beradab.

Karakter adalah watak seseorang yang muncul/timbul dari bawaan atau binaan. Ciri-ciri dari karakter yaitu tidak bisa berfungsi dalam kesendirian, melainkan dalam sebuah lingkungan sosial.

Seperti kita ketahui, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan mempunyai potensi luar biasa baik khususnya dari segi Sumber Daya Alam (SDA). Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) juga tidak bisa dianggap sepele karena saat ini kita bisa melihat banyak sekali penghargaan dengan memenangkan perlombaan maupun kompetisi internasional yang didapatkan oleh anak-anak bangsa Indonesia, baik di bidang pendidikan, olahraga, dan sebagainya.

Disamping prestasi yang luar biasa tersebut, banyak generasi bangsa ini yang tergerus karakternya sehingga berdampak ke hal-hal yang negatif. Kita ambil beberapa contoh.

Pertama, kita sering melihat bahwa anak-anak sekarang yang masih dibawah umur sudah merokok, baik di sekolah (pastinya secara diam-diam) maupun di luar sekolah. Hal ini tentunya sangat miris apalagi hal tersebut dilakukan di dalam rumah.

Kedua, tawuran antar sekolah oleh generasi penerus bangsa ini yang sering terjadi di beberapa kota di Indonesia. Memang polemik tawuran ini dalam beberapa tahun terakhir ini berhasil diminimalisir.

Ketiga, perkelahian antar siswa, khususnya yang mengacu kepada mem-bully siswa lain. Beberapa hari lalu, kita baru saja digegerkan oleh peristiwa penyiksaan di SMP Muhammadiyah Butuh Purworejo oleh tiga temannya di sekolah.

Yang paling memilukan adalah penyiksaan tersebut sengaja diminta rekam oleh temannya dan di-viralkan. Seolah-olah mereka tidak takut dan bangga terhadap apa yang mereka lakukan. Hal ini tentu saja sangat disesalkan oleh semua pihak yang mendengar dan mengetahui kejadian tersebut. Ini membuktikan mental dan karakter generasi bangsa kita sungguh dan amat rendah.

Untuk memperbaiki dan mendidik mental dan karakter anak-anak tersebut, maka implementasi PPK sangat penting sekali. PKK menganjurkan peran tripusat pendidikan, yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Tujuannya menumbuhkan nilai religius, nasionalisme, kemandirian, dan integritas. Dalam hal ini, saya akan membahas peran sekolah dalam PPK. Salah satu upaya sekolah dalam pelaksanaan PPK adalah melalui Budaya Sekolah.

Apa itu budaya sekolah? Budaya sekolah adalah suasana/kondisi yang dirasakan oleh warga sekolah (siswa dan guru) sebagai kebiasaan dalam melaksanakan dan menaati berbagai kegiatan serta norma dengan penuh kesadaran.

Wujud budaya sekolah dapat turut serta mempengaruhi kebiasaaan dan karakter bagi setiap warga sekolah, khususnya bagi para siswa. Penerapan budaya sekolah yang berkarakter dapat diwujudkan melalui planning (perencanaan), implementation (pelaksanaan), evaluation (evaluasi) serta school policy (kebijakan sekolah). Ada beberapa budaya sekolah yang sering sekali kita lihat dan dapat memberikan dampak positif terhadap PPK yaitu:

Pertama, dengan memupuk nilai-nilai toleransi dalam beragama. Misalnya saat pelaksanaan sholat Jumat, anak-anak non-muslim dapat ikut serta membantu persiapan pra-sarana sholat Jumat bagi teman-temannya yang akan sholat.

Jika ada acara keagamaan lain di sekolah, maka anak-anak di luar anutan agamanya wajib dengan suka rela ikut membantu terhadap apa saja yang dibutuhkan untuk acara keagamaan yang akan dilaksanakan.

Kedua, pelaksanaan upacara di sekolah. Selama ini kita sudah tahu bahwa pelaksanaan upacara bendera sering sekali dilaksanakan setiap minggu yaitu biasanya setiap hari Senin. Anak-anak biasanya disiapkan menjadi pembina upacara, dirijen, membaca panduan acara upacara, dan lain sebagainya.

Keterlibatan anak-anak tersebut dapat memberikan nilai-nilai yang lebih positif yaitu disiplin, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air dan penuh tanggungjawab.

Ketiga, implementasi kelompok kerja (PokJa) di sekolah. Pokja disekolah juga memberikan nilai-nilai karakter gotong royong dimana gotong royong dalam kerja sama menyelesaikan tugas dan persoalan bersama. Pokja juga dapat menumbuhkan jalinan komunikasi dan persabatan.

Keempat, penerapan student-centered learning (pembelajaran berorientasi kepada siswa) yang berarti memberikan siswa aktif dalam bertanya dan menjawab di dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran model seperti ini akan membuat siswa lebih berkembang daripada proses pembelajaran yang dominan berorientasi kepada guru (teacher-centered). Nilai karakter yang dapat diterapkan adalah rasa ingin tahu, gemar membaca, kreatif serta bersahabat atau komunikatif.

Kelima, penerapan pramuka di sekolah. Pramuka seperti yang kita tahu adalah sebuah organisasi pendidikan non-formal yang menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Ada berbagai macam kegiatan yang dapat diterapkan melalui pramuka di sekolah yang pastinya dapat melibatkan hampir seluruh warga sekolah, khususnya siswa.

Sebagai contoh, kegiatan berkelompok dalam membersihkan lingkungan kelas. Nilai karakter yang dapat dicapai adalah peduli lingkungan, tanggungjawab dan bersahabat atau komunikatif. Contoh lain yaitu kegiatan belajar sambil melakukan seperti membantu menyeberangkan orang yang ingin menyeberangi lalu lintas di depan sekolah.

Nilai karakter yang dapat diambil adalah disiplin, mandiri, peduli sosial dan tanggung jawab. Tentu saja masih banyak sekali kegiatan yang dapat diterapkan dalam penerapan Pramuka di sekolah.

Terakhir, tentu saja pemberian penghargaan kepada siswa berprestasi di sekolah baik di bidang pendidikan, olahraga, sosial, menggambar dan sebagainya. Penghargaan yang biasa diberikan di sekolah dapat berupa piala, uang pembinaan, beasiswa, dan lain sebagainya.

Seperti yang kita tahu bahwa terdapat lima nilai karakter utama yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK yang bersumber dari Pancasila, yakni religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan. Kelima nilai-nilai tersebut saling berinteraksi satu sama lain dalam perkembangan dan masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri. Keenam jenis budaya yang telah disebutkan di atas tentunya sudah mengaplikasikan semua kelima nilai karakter utama dalam pengembangan gerakan PKK.

Pastinya masih banyak sekali budaya sekolah lain yang dapat diimplementasikan, tergantung peran sekolah. Penerapan budaya sekolah tidak lepas juga dari peran serta guru di sekolah. Guru harus menjadi sosok yang dapat memberikan pencerahan dalam membuka alam, pikiran, jiwa serta dapat memupuk nilai-nilai kasih sayang, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai keteladanan, nilai-nilai perilaku, serta nilai-nilai kebhinnekaan.

Oleh sebab itu, guru memiliki peran tugas tambahan selain mengajar, namun juga yang sangat besar dalam perkembangan anak-anak di sekolah. Sebagai kesimpulan, Pendidikan berbasis karakter yang kuat akan melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul demi kemajuan sebuah bangsa dan Negara. Jayalah Negaraku, Jayalah Indonesiaku!

(Tulisan ini telah disajikan kepada Guru-guru di SMK Swasta Teladan Tanah Jawa, Simalungun pada tanggal 07-08 Pebruari 2020 lalu sebagai pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat oleh Dosen sebagai salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi).

(Penulis adalah Mahasiswa S-3 Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI) Universitas Negeri Medan dan juga Dosen Universitas HKBP Nommensen)

Related Articles

Latest Articles