21.4 C
New York
Friday, September 27, 2024

Manuver Pengkhianatan Politisi

Penulis: Anwar Suheri
Penulis: Anwar Suheri

Jadwal dan tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden(Cawapres) Republik Indonesia tinggal beberapa pekan lagi.

Suhu perpolitikan pun semakin memanas di kala sejumlah partai politik (parpol) melakukan manuver-manuver untuk mencapai ambisi masing-masing.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sebelumnya menjalin kerjasama dengan Partai Gerindra dalam koalisi yang diberi nama Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) mendadak hengkang setelah Prabowo Subianto disebut tidak bersedia menggandeng Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya.

Masuknya Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) ke kubu KKIR (Prabowo Subianto) membuat komposisi koalisi berubah drastis.

Baca juga: Heroisme Panjat Pinang, Ilusi Kebangsaan dalam Bingkai Historis Romantika Kolonial

Diplomasi dan lobi-lobi cepat membuat kesepakatan awal pembentukan KKIR dengan sigap berganti. Hanya dalam hitungan hari, Prabowo Subianto kemudian disebut berubah sikap.

Prabowo kemudian disebut-sebut telah memilih Erick Thohir sebagai cawapresnya. Hal ini tentu membuat kubu PKB sakit hati. Keputusan itu dianggap sebagai pengkhianatan dari perjanjian yang sudah disepakati di Bali beberapa waktu lalu.

PKB kemudian mengambil keputusan spontan dengan hengkang dari KKIR dan kembali bergerilya agar sang Ketua Umum Muhaimin Iskandar mendapatkan posisi sesuai yang diinginkan.

Sejumlah pertemuan tertutup antar petinggi partai kemudian terjadi bersamaan dengan manuver mencari dukungan.

Related Articles

Latest Articles