Di sisi lain, Trump berkampanye dengan retorika yang dominan menonjolkan kekuatan dan keperkasaan maskulin. Bahkan dia sempat menyinggung soal alat kelamin pria.
Trump juga menyebut Harris bodoh, malas, dan lemah. Miliarder berusia 78 tahun itu juga dengan vulgar menghina lawannya tersebut di media sosial dengan mengatakan bahwa para pemimpin dunia akan memperlakukan Harris seperti mainan, jika ia terpilih.
Namun, di hari-hari terakhir kampanyenya, Trump menyatakan bahwa dia akan melindungi semua perempuan, terlepas mereka suka atau tidak.
Beberapa pengamat politik AS menilai, Kamala Harris malah tidak mengangkat isu gender dalam kampanyenya. Sebaliknya, malah Trump yang melakukannya.
Kekalahan Harris ini juga dinilai menjadi kredensi buruk bagi generasi perempuan mendatang yang bercita-cita menjadi politisi.
Melihat jumlah populasi perempuan di AS yang mencapai 50,5 persen, hasil kali ini mungkin menjadi bisa gambaran, bahwa mayoritas rakyat Amerika Serikat belum siap dipimpin seorang wanita. (*)