18.5 C
New York
Friday, September 27, 2024

Gunung/Dolok Simbolon Berasal dari Frasa ‘Si Imbou Bolon’ dan Tidak Terkait dengan Marga Simbolon

Oleh: Irjen Pol Purn Drs Maruli Wagner Damanik, M.AP

MISTAR.ID – Nama gunung atau Dolok Simbolon sejarahnya berasal dari nama berupa frasa “Si Imbou Bolon”, yang melalui proses linguistik dan akhirnya menjadi “Dolok Simbolon”, salah satu gunung atau dolok yang berlokasi di Kabupaten Simalungun.

Pada awalnya Gunung  atau Dolok Si Imbou Bolon dihuni satwa kera besar (mawas atau siamang) yang dalam bahasa Simalungun disebut “imbou” dengan tubuhnya lebih besar (atau “bolon” dalam bahasa Simalungun) dari kera atau beruk dan menyerupai manusia. Imbou merupakan hewan yang berguna bagi masyarakat saat itu dan tidak pernah mengganggu masyarakat.

Pada umumnya hewan imbou membentuk komunitas atau berkelompok saat musim penghujan atau kemarau akan datang. Dengan adanya atau bermukimnya kawanan imbou itulah kawasan itu disebut “Dolok si Imbou Bolon” atau ‘gunung permukiman mawas besar’. Dari penamaan “Si Imbou Bolon” itulah dalam proses pemakaiannya menjadi “Simbolon”.

Dari perspektif lain, lokasi Dolok Si Imbou Bolon itu erat terkait dengan usulan pendirian Negara Bagian Sumatera Timur pada kurun 1949-1950 oleh PRRI yang dipimpin oleh Letkol M Simbolon, yang ketika itu bermarkas di Simbolon Tengkoh dan akhirnya menyerah tanpa syarat kepada TNI/Pemerintah RI.

Peristiwa inilah yang memantik semakin banyak marga Simbolon datang ke Simalungun khususnya di daerah Simbolon Tengkoh.

Ditinjau dari aspek yang berbeda, menurut Prof Amrin Saragih,  MA, PhD. Guru Besar Universitas Negeri Medan proses linguistik telah terjadi dalam pembentukan “Simbolon” dari frasa “Si Imbou Bolon”.

Si Imbou Bolon menjadi Simbolon

Proses pertama, dalam ucapan cepat atau berulang-ulang bunyi /i/ dari prefiks atau kata sandang “Si” menyatu dengan bunyi /i/ pada suku pertama “Imbou”. Proses pertama ini menghasilkan /siimbou bolon/.

Proses kedua, bunyi /b/ pada suku kedua kata “Imbou” menyatu dgn bunyi /b/ pada suku pertama kata “Bolon”.

Proses pertama dan kedua menghasilkan bunyi /siimboubolon/.

Selanjutnya, proses ketiga bunyi /ii/ menyatu menjadi /i/, bunyi diftong /ou/ menyatu dgn vowel /o/ pada suku kata “bo-” karena keduanya berada pada satu daerah artikulasi; selanjutnya bunyi /bo/ dan /bo/ lesap satu menjadi /satu /bo/ saja.

Dengan demikian, proses pertama, kedua dan ketiga menghasilkan melalui tahap berikut: /Si Imbou Bolon/menjadi/Siimboubolon/ kemudian menjadi /Simboubolon/ seterusnya menjadi /Simbobolon/ dan akhirnya menjadi /Simbolon/. Proses ini memenuhi aturan atau hukum dalam ilmu bunyi bahasa yang dikenal sebagai Phonology.

Jadi, dari uraian dan penjelasan terdahulu dapat disimpulkan bahwa Gunung atau Dolok Si Imbou Bolon yang sekarang menjadi Gunung atau Dolok Simbolon, tidak ada kaitannya dengan Marga Simbolon, apalagi sampai mengklaim wilayah tersebut milik mereka.

Raja-raja Simalungun pada masa itu memang sangat “welcome”, dengan atau menghargai masyarakat pendatang dengan tidak membedakan suku, agama atau golongan, bahkan pendatang pun diperkenankan mengambil dan memakai salah satu marga yang ada di Simalungun:SInaga, SAragih, DAmanik, PURba

Sehubungan dengan rencana napak tilas marga Simbolon ke Nagori Gunung/Dolok Simbolon yang disebut-sebut akan diikuti ribuan orang, kita warga Simalungun pada prinsipnya mendukung kegiatan itu guna mengenang leluhur mereka yang pernah tinggal di sekitar lokasi tersebut.

Kita berharap dengan kegiatan  napak tilas dari marga Simbolon, masyarakat semakin memahami asal muasal penamaan Dolok Si Imbou Bolon. Kita warga Simalungun juga memaklumi napak tilas itu berpotensi ke pengembangan dan investasi wisata yang dapat menambah kapasitas ekonomi masyarakat setempat.

Silahkan bernapak tilas, namun tetaplah menghormati kearifan lokal dari peninggalan leluhur suku Simalungun yang sudah tumbuh dan berkembang dari dulu sampai sekarang di Bumi Habonaron Do Bona yang sama-sama kita cintai ini.

Catatan Singkat: Irjen Pol Purn Drs Maruli Wagner Damanik, M.AP
(Penulis adalah salah satu keturunan dari Partuanon Sipolha Simalungun)

Baca juga: Harga Sebuah Pemakzulan dan Perhitungan DPRD Pematang Siantar yang Dipertanyakan

Baca juga: Politikus di Antara Nafsu Berkuasa dan Tak Tahu Malu

(Maris/ril/hm21).

Related Articles

Latest Articles