17.7 C
New York
Saturday, September 21, 2024

Agak Lain Kabupaten Toba, 25 Tahun Mekar Bupatinya Belum Melekat di Hati Warga

MISTAR.ID

Kabupaten Toba Samosir yang kini bernama Kabupaten Toba setelah memekarkan diri dari Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), terlihat agak lain. Meski sudah berusia 25 tahun, belum ada sosok bupati yang dapat melekat di hati warga.

Sebab sampai saat ini belum terlihat pembangunan yang signifikan, termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tentu itu tidak lepas dari keseriusannya dari pemimpin Kabupaten Toba itu sendiri.

Jika kita ke warung-warung kopi, kinerja bupati Toba menjadi pembahasan. Sudah lima bupati silih berganti sejak pemekaran, namun dampak dari kepemimpinan mereka terbilang sangat minim untuk dibanggakan.

Sementara masyarakat Toba berkeinginan, sejak menjadi kabupaten yang dimekarkan dari Taput, akan terwujud pemerataan pembangunan dengan pengelolaan APBD yang lebih maksimal.

Baca juga:23 Tahun Tapal Batas Desa-Kecamatan di Kabupaten Toba Belum Terselesaikan

Alih – alih memaksimalkan pembangunan secara signifikan, para bupati sebelumnya belum mampu mencuri simpati masyarakat. Janji-janji kampanye yang tidak direalisasikan di masa memimpin justru membangkitkan antipati.

Masyarakat Toba menilai, janji kampanye mereka sebelum memimpin terasa sangat menyejukkan, seperti angin surga. Saat kampanye, para kandidat bupati kerap menyindir kebijakan bupati yang masih menjabat atau bupati-bupati terdahulu. Seakan calon bupati akan mampu memberikan hal yang jauh lebih baik dari pejabat bupati sebelumnya.
Bisa jadi, terlalu banyaknya janji kampanye yang dinyatakan kepada masyarakat membuat dirinya menjadi lupa terhadap visi – misi yang dijanjikan. Kendati demikian masyarakat sedikit paham akan hal tersebut. Karena ada satu perkataan, ‘semakin banyak berjanji sudah tentu akan semakin banyak untuk diingkari’.

Pemahaman masyarakat tersebut menjadi satu penobatan mistis. Sehingga tersebar suatu mitos soal bupati menjabat dua periode di Kabupaten Toba tidak akan pernah terjadi. Hal ini dikuatkan lima kali Bupati Toba, semuanya hanya menjabat satu periode. Pertarungan kedua selalu tumbang.

Kesempatan emas didapatkan Kabupaten Toba sejak tahun 2017 dan dipimpin oleh dua bupati berbeda. Di mana tahun tersebut ditetapkannya Danau Toba untuk pertama kalinya sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP).

Baca juga:SMA dan SMK Kabupaten Toba Masih Kekurangan Struktural ASN

Menjadi DPSP, kawasan Danau Toba dan secara khusus Kabupaten Toba mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat dengan menggelontorkan dana APBN secara jor -joran untuk meningkatkan pariwisata Kabupaten Toba dapat berkembang secara signifikan.

Masyarakat Toba menyadari, Kabupaten Toba sudah di anak-emaskan oleh pemerintah pusat. Namun sepertinya Pemerintah Kabupaten Toba (Pemkab Toba) setengah hati menyambut perhatian pusat yang sudah diberikan secara berlebihan.

Tidak sedikit bangunan fisik serta infrastruktur yang diberikan pemerintah pusat, selanjutnya event – event bertaraf nasional dan internasional diselenggarakan di Kabupaten Toba untuk mengenalkan indah dan uniknya pariwisata Toba. Tetapi perhatikan tersebut seperti meninabobokkan yang dampaknya kabupaten ini tidak tahu mau berbuat apa, karena terlalu dimanjakan.

Ketidakmampuan Pemkab Toba berkolaborasi dengan perhatian pemerintah pusat seperti, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbubpar) dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) selalu menjadi target utama visi – misi dua bupati sejak tahun 2017 selain kesehatan dan pertanian.

Diketahui, Disbudpar dan Disdikpora sangat identik dengan kemajuan pariwisata. Di mana Disbudpar sudah tentu dengan namanya saja pastinya berkaitan dengan pariwisata. Sementara Disdikpora perannya membangun mental dan karakter anak sejak dini untuk mampu beradab dan berbudaya dalam mengembangkan pariwisata.

Kita ambil dari sektor Disbudpar Toba, tidak sedikit bangunan fisik di pantai Danau Toba yang dibangun menuai protes dari warga, disebabkan bangunan betonisasi pantai tidak sesuai spek dan hingga kini sudah hancur seperti dibangun asal jadi tanpa mampu menyedot wisatawan.

Baca juga:Filosofi Dalihan  Natolu Potensi Kabupaten Toba Jaring Wisatawan

Disparbud terlalu sibuk membangun pariwisata dengan bangunan fisik semata sehingga mengabaikan atraksi budaya. Semisal pengembangan sadar wisata kepada masyarakat sesuai fungsinya, perumusan kebijakan teknis dibidang pariwisata dan ekonomi kreatif, pelayanan umum dibidang pariwisata dan ekonomi kreatif, pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

Kabupaten Toba juga sempat mendapat perhatian publik di Nusantara secara negatif. Saat itu saat digelarnya event internasional tahun lalu, F1H2O (Powerboat), di mana kabupaten ini sebagai tuan rumah mendapat kritikan pedas dari kementerian terkait.

Dampak dari kritikan tersebut yang diyakini ketidakmampuan menjadi tuan rumah dan tersebar isu untuk pelaksanaan event internasional selanjutnya, Kabupaten Toba tidak lagi menjadi tuan rumah. Semoga saja hal tersebut tidak terjadi karena jika terjadi banyak pelaku usaha seperti UMKM , perhotelan dan lainnya akan kecewa.

Untuk Disdikpora Toba, tidak sedikit pembangunan gedung sekolah yang tidak merata di kabupaten ini, berakibat tidak nyamannya anak didik dan guru dalam proses belajar dan mengajar. Jika ketidaknyamanan sudah ada bagaimana memaksimalkan pembinaan mental dan karakter yang beradab  dan berbudaya sebagai pondasi pariwisata.

Beberapa bangunan yang masih layak dilakukan perehapan sementara tidak sedikit sekolah tidak memiliki kamar mandi, sehingga sekolah tersebut menjadikan alam sebagai toilet.

Belum lagi pertanian di Kabupaten Toba dengan segala permasalahan pupuk untuk petani. Diperkirakan sekitar 60 persen masyarakat Toba adalah petani dan sangat tergantung dengan ketersedian pupuk, harga pupuk dan keberadaan pupuk palsu yang beredar dipasaran serta mengatasi hama.

Di mana sampai saat ini permasalahan pupuk belum mampu diatasi oleh pemerintah khususnya Dinas Pertanian Toba, padahal di setiap kampanye pencalonan bupati di Kabupaten Toba para kandidat selalu menyuarakannya demi meyakinkan masyarakat. Hal itu akan teratasi bila nantinya menjadi pemimpin di Toba.

Dengan segala kekurangan yang masih ada di kabupaten ini. Semoga saja tiga kandidat pasangan bakal calon bupati yang akan ditetapkan oleh  KPU Toba pada Minggu, tanggal 22 September 2024 nantinya sebagai kontestan yang bertarung meraih orang nomor satu di Toba. Siapapun yang menjadi pilihan rakyat nantinya dapat mengentaskan pembangunan di Toba untuk mensejahterakan rakyat. (nimrot/hm17)

Penulis: Nimrot Sirait

Related Articles

Latest Articles