23.9 C
New York
Wednesday, June 26, 2024

YDPK Luncurkan dan Diskusi Buku ‘Bukan Timah Hitam, Petani Melawan Tambang’

Dairi, MISTAR.ID

Dihadiri banyak pihak, secara offline dan online, di antaranya Pemerintah Kecamatan (Pemkec) Silima Pungga, Bakumsu, KSPPM, Jatamnas, JLLPK, Trend Asia, Tokoh Agama, Masyarakat Pemerhati Lingkungan dan Tokoh Pemuda di Dairi, peluncuran dan diskusi buku ‘Bukan Timah Hitam, Petani Dairi Melawan Tambang’ diiringi dengan tarian tortor digelar Yayasan Diakonia Peduli Kasih (YDPK), berlangsung dari pagi  hingga malam di Hotel Mutiara Dairi, Sidikalang, Kabupaten Dairi, pada Rabu (22/11/23)

Peluncuran buku dilakukan secara hybrid. Solide Siahaan salah seorang penulis buku itu menyebutkan, bertujuan simpati akan banyak orang berjuang mempertahankan hak-hak atas tanah yang mereka kelola selama ini. Karena tanah merupakan titipan atau dimandatkan oleh Tuhan kepada setiap manusia.

Sejumlah komunitas penulis buku membacakan tulisannya, sekaligus kesaksiannya kisah nyata yang mereka alami, hingga mengundang kekhawatiran atas dampak aktivitas perusahaan pertambangan PT Dairi Prima Mineral (DPM) di  Sopokomil, Desa Longkotan, Kecamatan Silima Pungga Pungga.

Baca juga:‘Musim’ Penerimaan PNS, Permintaan Buku Tes CPNS Meningkat di Siantar

Menurut para komunitas penulis isi buku tersebut, dampak yang ditimbulkan dari aktivitas PT DPN kedepan, bukan tanpa alasan seluruh  rasa kekhawatiran mereka.

Ini mengingat mereka hidup, dapat menyekolahkan anak-anak dari hasil  pertanian. Namun kini hasil-hasil produksi dari lahan pertanian di sekitar lingkar tambang dinilai menurun drastis, sehingga berdampak terhadap perekonomian warga sekitar

Hasugian selaku penulis isi buku, juga salah seorang petani di Desa Bongkaras, sejak dirinya berdomisili di daerah itu, dirinya berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang Strata I (S1), dengan dukungan hasil pertanian dan perikanan.

Baca juga:Buku ‘Luhut Binsar Pandjaitan di Mata Kita-kita’, Ini Penilaian Ketua MPR RI

“Desa kami pernah dikunjungi Menteri Pertanian (Mentan) dan mendapat banyak bantuan bibit tanaman,” paparnya.

Santun Sinaga selaku Direktur YDPK dalam ulasan singkatnya terhadap isi buku ini sekaligus sebagai pengingat atas kehadiran pihaknya di Parongil semenjak tahun 2008 atau sekitar 15 tahun.

“Tentu sudah banyak yang telah dilakukan  memperjuangkan lingkungan hidup dan ekonomi warga. Dengan adanya buku ini,  harapannya akan semakin meluas informasi perjuangan melalui banyak kisah yang dituliskan oleh komunitas. Harapannya banyak pihak yang akhirnya bisa bergabung untuk berjuang bersama,” paparnya.

Baca juga:Derita Penjual Buku di Medan, Pedagang: Untuk Makan Saja Sulit

Related Articles

Latest Articles