Deli Serdang, MISTAR.ID
Bisnis kos-kosan dianggap inventasi menjanjikan di daerah Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Apalagi tarif sewanya terus naik.
Pandangan ini disampaikan Pratiwi. Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Jepang itu mengaku membuka bisnis kos-kosan lebih menarik ketimbang berjualan barang seperti makanan, pakaian dan lainnya.
Menurutnya, bisnis kos-kosan sangat ringan, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, tak perlu beraktivitas antar atau kirim barang dan laporan keuangan bisa dikerjakan dengan sangat sederhana.
Baca juga:Polden Merupakan Spesialis Pencurian di Kos-kosan
Hal ini berbeda dengan menjual barang yang memerlukan laporan keuangan setiap hari. Oleh karena itu, setelah kontraknya habis di Jepang sebagai tenaga kesehatan, perempuan yang sudah 40 tahunan ini memilih membangun kamar kos khusus wanita dan laki-laki di lokasi strategis, yakni dekat sekolah, kampus, kantor dan juga dikelilingi penjual makanan.
Warga Lubuk Pakam tersebut mengaku membangun rumah kos-kosannya dirancang dengan konsep sederhana. Tak banyak ornamen dan dekorasi berlebihan.
Kamar kosnya ada bertingkat dan juga yang tidak. Setiap unit kamar kos berukuran 3 x 3 meter sudah dilengkapi AC dengan kamar mandi dan furniture. Namun ada juga kosong, hanya kamar mandi saja.
Baca juga:Gadis Lulusan SMK di Medan Sukses Bisnis Es Bubur Ketan
Perawatan bangunan kos juga mudah, bisa dibersihkan setiap hari. Pengecatan ulang baru dilakukan jika ada permintaan anak kos baru.
“Biasanya mereka meminta dicat ulang agar kamarnya sesuai dengan kekinian. Selain itu juga perawatan hanya pada renovasi struktur bangunan yang dilakukan per enam bulan sekali,” ujar Pratiwi.
Tidak hanya menyediakan kamar kos, Pratiwi juga menerapkan peraturan ketat demi menjaga keamanan dan kenyamanan para penghuni, yakni tidak boleh membawa teman untuk menginap lebih dari seminggu. Lalu tidak boleh membawa teman lawan jenis dan jam malam dengan batas maksimum pukul 22.00 WIB.
Baca juga:Tuna Netra ini Pilih Bisnis Minyak Karo usai Menggeluti Usaha Panti Pijat
“Jam malam dikecualikan untuk mahasiswa praktek atau yang mengikuti upacara keagamaan dan pekerja malam,” jelasnya.
Meski begitu, tidak semua kos-kosan miliknya diperuntukan bagi mahasiswa dan pelajar. Ada juga untuk pekerja bahkan yang sudah berkeluarga.
Sistem pembayaran dikenakan setiap bulan untuk meringankan beban anak kosnya. Kemudian tersedia parkir kendaraan motor dan mobil serta listrik 900 hingga 1.200 watt.
Pratiwi memaparkan untuk membangun bisnis kosnya, dia memakai uang pribadinya sendiri tanpa pinjam bank.
Baca juga:Demi Cuan, Pemuda ini Tak Malu Bisnis Kerupuk Jangek
Biaya operasional dan pengeluaran tidak terduga, hanya 15 persen dari pendapatan Rp90 jutaan atau sekitar Rp12 jutaan per bulan.
“Dengan demikian keuntungan per bulan yang berhasil saya raup adalah sekitar Rp8 jutaan. Itu perhitungan sederhana. Dan saya tidak meminjam dana bank untuk bangun kos-kosan ini,” ungkap Pratiwi.
Pendapatan akan lebih besar jika okupansi di atas 100 persen. Artinya, ada masa-masa mahasiswa hanya membutuhkan waktu seminggu atau dua minggu untuk tugas akhir atau wisuda. Namun mereka tetap membayar penuh meski menempati kamar kos hanya separuh waktu.
Pemilik kos-kosan di Lubuk Pakam ada juga beberapa mantan pejabat Pemkab Deli Serdang. Setelah purna bakti (pensiun) mereka membangun kos-kosan untuk bisnis di hari tua.
“Sekarang ini bisnis kos-kosan sangat menjanjikan sambil menikmati masa tua. Mengingat risiko kesehatan yang sering dialami kalangan usia senja seperti kami tidak bisa lagi bekerja yang berat-berat,” ujar pria 60 tahunan pensiunan kepala dinas di Pemkab Deli Serdang yang minta namanya dirahasiakan. (sembiring/hm17)