Wednesday, March 5, 2025
home_banner_first
SAINS & TEKNOLOGI

Waspadai Kendaraan jika Pakai BBM Oplosan, ini Dampaknya

journalist-avatar-top
By
Selasa, 4 Maret 2025 20.44
waspadai_kendaraan_jika_pakai_bbm_oplosan_ini_dampaknya

Ilustrasi mesin kendaraan (f:ist/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. Dr. Eng. Himsar Ambarita mengatakan jika konsumen membeli bahan bakar minyak (BBM) Pertamax namun yang diperoleh oplosan, maka performa mesin akan sedikit menurun. Jika dipakai dalam jangka panjang, ruang bakar akan lebih banyak depositnya.

“Dalam jangka pendek, oplosan ini tidak merusak komponen manapun pada mesin. Karena memang pada prinsipnya yang dicampur adalah dua bahan bakar yang memang sudah sesuai dengan mesin,” katanya kepada Mistar melalui pesan tertulis, Selasa (4/3/2025).

Guru Besar Program Studi Teknik Mesin USU itu menjelaskan, karakteristik dan nilai kalor BBM Pertamax (Ron 92) lebih baik daripada Pertalite (Ron 90). Jika kedua bahan bakar ini dioplos, maka hasilnya adalah bahan bakar dengan karakteristik dan nilai kalor yang berada di antaranya. Sifat bahan bakar baru ini, sebutnya, akan lebih dekat ke bahan bakar yang kandungannya lebih banyak saat dioplos.

Bahan bakar dengan nilai oktan tinggi seperti Pertamax, lanjut Himsar, dirancang untuk mesin-mesin dengan performa tinggi atau lebih bertenaga dan rasio kompresi tinggi. Karena karakteristiknya lebih baik, maka ruang bakar mesin juga akan relatif lebih bersih sehingga dalam jangka panjang lebih awet.

Namun menurut akademisi itu, jika pengguna kendaraan sudah terlanjur menggunakan oplosan, tidak ada tindakan yang perlu dilakukan secara khusus untuk pembersihan atau langkah meminimalisir kerusakan.

Namun, ia juga mengakui bahwa menjaga kesehatan mesin di tengah maraknya isu BBM oplosan bukan perkara mudah.

“Kalau kita anggap Pertamina kita menjual BBM yang sesuai dengan karakteristiknya. Beli Pertamax ya isinya Pertamax, maka rekomendasinya beli sesuai kebutuhan mesin. Masalahnya sekarang kan ‘trust’ yang menurun,” ungkapnya.

Dosen Fakultas Teknik USU itu menyarankan untuk pengawasan kualitas BBM di lapangan, sebaiknya melibatkan tim independen seperti perguruan tinggi (PT).

“Seperti kita di USU, ada kalanya melakukan penelitian yang menguji kualitas BBM ini tetapi dengan parameter yang terbatas. Ketika ada tema penelitiannya yang berhubungan dengan BBM baru kita menjadikan BBM Komersial sebagai pembanding,” ujarnya.

Ia menyebutkan, dengan alat yang dimiliki PT, pihaknya menguji BBM komersial dan calon BBM baru.

“Jadi secara tidak langsung kita melakukan pengujian juga tetapi untuk konsumsi di laboratorium. Seandainya ada laboratorium PT yang memiliki alat uji yang standard boleh juga mengumumkan temuannya sebagai bentuk pengawasan mandiri,” katanya. (susan/hm17)

RELATED ARTICLES