“Jadi pertanyaannya adalah apakah nanti ASN dan aparat itu netral, ini yang patut kita coba waspadai. Karena kalau tidak netral memang potensi menang Rico-Zaki ini besar,” katanya.
Kemudian Guru Besar Universitas HKBP Nommensen (UHN) ini mengasumsikan jika semua netral, seluruh paslon punya peluang yang sama. Tergantung bagaimana penerimaan masyarakat kepada mereka.
“Karena kalau kita lihat Rico Waas ini seorang desainer dan juga pengusaha. Artinya pengalaman pemerintahan belum. Prof Ridha seorang Guru Besar, akademisi dan ahli syaraf, apakah ada kegelisahannya tentang pendidikan dan kesehatan di Kota Medan yang kita bisa lihat katakan lah tidak terlalu menonjol, belum lagi soal kemacetan, banjir dsb?” ungkapnya.
Kemudian Marlan melanjutkan, apakah Ridha bisa menggunakan kemampuan akademiknya di dalam mempengaruhi publik melalui program-program yang nanti ditawarkan.
Baca juga:Â Politik Uang di Pilkada, Bawaslu Sumut: Pemberi dan Penerima Terima Sanksi
“Di sisi lain, Hidayatullah adalah anggota DPR dari Dapil Sumut. Karena tunggal tanpa koalisi, dia harus sedikit lebih ekstra. Sementara PDIP kan masih ada koalisi, jadi potensinya masih besar,” jelasnya.
Selanjutnya Marlan berharap, siapapun yang menang nanti, karena anggaran APBD Kota Medan sudah sangat kuat, perlu dipikirkan kedepan program tentang pendapatan dasar universal, yaitu perhatian terhadap pendapatan lansia non PNS.
“Karena ini akan rentan terhadap kemiskinan itu. Kalau PNS kan ada uang pensiun, tapi kalau lansia non pns itu rentan sekali,” sebutnya.
Karena menurutnya, 10-20 tahun ke depan akan lebih banyak lagi lansia. Sekarang di Kota Medan jumlah lansia sekitar 10 persen dari jumlah penduduk, nanti bisa dua atau tiga kali lipat di 2045.
“Karena belum ada daerah-daerah yang membuat semacam tunjangan buat lansia non PNS, Kota Medan bisa memulai. Tujuannya adalah mensejahterakan rakyat, terutama yang rentan. Itu yang menjadi pesan penting saya,” tutupnya. (maulana/hm25)
