Sunday, April 20, 2025
home_banner_first
NEWS ROOM

Newsroom: Harimau Dianggap Sakral dan Dekat dengan Suku Batak, Legenda Si Boru Pareme

journalist-avatar-top
Sabtu, 19 April 2025 09.58
newsroom_harimau_dianggap_sakral_dan_dekat_dengan_suku_batak_legenda_si_boru_pareme

Newsroom: Harimau Dianggap Sakral dan Dekat dengan Suku Batak, Legenda Si Boru Pareme

Newsroom: Harimau Dianggap Sakral dan Dekat dengan Suku Batak, Legenda Si Boru Pareme

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Di daerah Jambi, seekor Harimau Sumatera terbunuh dan masyarakat Batak setempat membungkusnya dengan ulos serta melakukan ritual adat untuk menguburkannya.

Bagi masyarakat batak, harimau sangat dihormati. Di desa-desa yang dekat hutan, harimau disebut “ompung” (kakek atau buyut).

Kenapa harimau sangat dihormati orang Batak?

Menurut legenda, harimau pernah menolong Si Boru Pareme, perempuan keturunan Raja Batak yang dibuang ke hutan karena hubungan incest dengan saudara kembarnya Saribu Raja yang diasingkan ke tempat lain.

Si Boru Pareme meratapi hidupnya, dan membuatnya jatuh sakit. Raja Uti (saudara tertuanya yang juga diasingkan ke hutan karena bentuk fisiknya sejak lahir cacat) menjadi kasihan.

Raja Uti lantas mengutus seekor harimau menjaga dan membantu Si Boru Pareme bertahan hidup di hutan.

Dalam versi lain, dari hubungan Si Boru Pareme dan saudara kembarnya membuat Si Boru Pareme hamil. pada saat di hutan Si Boru Pareme menyelamatkan seekor harimau yang terluka.

Sebagai balas budi, harimau setia membantunya hingga ia melahirkan Raja Lontung. Anak yang dilahirkan Si Boru Pareme diberi nama Raja Lontung. Anak-anak dari Raja Lontung yang jumlahnya sembilan orang kelak menjadi marga besar suku Batak.

Sejak Si Boru Pareme bersahabat dengan harimau tersebut, ada semacam kesepakatan bahwa harimau tidak akan memakan keturunan Si Boru Pareme.

Karena ikatan ini, harimau dianggap sebagai pelindung. Orang Batak percaya harimau tak akan menyerang keturunan Si Boru Pareme jika mereka berkata, “Lontung do au, Ompung!” (Aku ini Lontung, Kakek).

Harimau juga dianggap beradat, tidak mengganggu jika tak diganggu. Masyarakat Mandailing percaya jika harimau muncul di kampung, itu pertanda ada pelanggaran moral.

Kini, hubungan harmonis itu makin terancam. Harimau semakin langka akibat perburuan dan kerusakan hutan. Legenda ini jadi pengingat akan pentingnya menjaga alam dan kearifan lokal. (Fetra/hm21).

REPORTER:

RELATED ARTICLES