18.6 C
New York
Tuesday, October 1, 2024

UN Dihapus, Proses Siswa Ke PTN Akan Terganggu?

Jakarta | MISTAR.ID -Ujian Nasional (UN) dilakukan pada tahap akhir sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Bagi siswa SMA, apakah penghapusan UN memengaruhi proses pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN)?

Menanggapi perubahan sistem pendidikan di era Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi mengaku hal itu tidak akan berdampak bagi siswa yang akan melanjutkan ke PTN.

“Sistim seleksi penerimaan mahasiswa baru memang terpisah dan tidak akan terpengaruh ada atau tidak adanya UN SMA/MA/SMK,” tegas Ravik, Rabu (11/12/19).

Mantan Rektor UNS ini menjelaskan, LTMPT sudah mengembangkan sistim seleksi yang sifatnya memprediksi (prediktif) kemampuan calon mahasiswa untuk bisa sukses belajar di PTN, sementara UN (termasuk USBN) bersifat evaluatif atas pencapaian hasil belajar.

“Jadi memang beda,” imbuhnya.
Ravik juga mengungkapkan, rencana penghapusan UN telah bergulir sejak Mendikbud dijabat oleh Prof Muhadjir Effendy. Namun baru terealisasi di era Nadiem Makarim.

Tidak Ada Manfaatnya

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menyebut, Ujian Nasional (UN) tidak memberikan manfaat bagi siswa, sehingga sudah tepat untuk dihapuskan dari sistem pendidikan Tanah Air. Pemerintah memang berencana menghapus UN mulai tahun 2021.

“UN ini hanya buang-buang anggaran, tidak mengukur apapun dan tidak ada tindak lanjutnya dari ukuran-ukuran itu. Jadi UN ini tidak ada manfaat sama sekali,” ungkapnya, Rabu (11/12/19).

Menurutnya, UN malah memberikan dampak negatif bagi para siswa karena tekanan psikologis akibat harus lulus. “Siswa hanya merasakan tekanan, kemudian hasil UN juga tidak bisa digunakan untuk apapun, tidak ada gunanya,” tekannya.

Dampak negatif lainnya, lanjut Ramli, malah berpotensi menimbulkan tindakan kecurangan, lantaran siswa akan menggunakan beragam cara untuk lulus. Di sisi lain, tujuan belajar menjadi tidak maksimal karena siswa hanya fokus untuk lulus bukan memahami konsep dari ilmu tersebut.

“Orang-orang pada belajar bagaimana lulus ujian, bukan bagaimana menjadi lebih baik, memiliki kualitas yang lebih baik, atau memiliki perilaku yang baik, tapi yang penting lulus ujian,” katanya.

Ramli menyatakan, UN hanya menguntungkan bagi para penyedia jasa belajar nonformal atau bimbel (bimbingan belajar), bukan bagi siswa. “Karena modelnya hanya bagaimana siswa menjawab soal dnegan tepat, bukan bagaimana memahami,” ujar dia.

Sumber: okezone
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles