24.3 C
New York
Friday, July 5, 2024

Mengingat Kembali Tragedi Berdarah Tanjung Priok 12 September 1984

Berita tersebut kemudian menyebar ke masyarakat Tanjung Priok. Pada 10 September 1984, warga berpapasan dengan oknum yang mengotori masjid tersebut.

Adu mulut pun terjadi, ditengahi pengurus Masjid Baitul Makmur, Syaifuddin Rambe, Sofwan Sulaiman dan Ahmad Sahi, tapi tanpa hasil.

Percekcokan semakin memanas, hingga akhirnya warga membakar sepeda motor milik petugas tersebut. Alurnya, diduga pelaku yang membakar motor tersebut adalah Syaifuddin, Sofwan, Ahmad dan Muhammad Nur. Mereka pun ditangkap aparat.

Dilanjut Khutbah Terbuka Mubaligh

Dua hari pasca penangkapan, tepatnya 12 September 1984, Abdul Qodir Jaelani dan beberapa mubaligh menggelar ceramah di muka umum dengan pembahasan politik dan menentang asas tunggal Pancasila.

Baca Juga: Hasil Rakernas KSPSI Dukung Anies-Cak Imin Sebagai Capres dan Cawapres 2024

Selanjutnya, Amir Biki melakukan demonstrasi ke kantor Kodim Jakarta Utara, tempat di mana 4 orang tersebut ditahan. Amir Biki mengatakan, jika hingga pukul 23.00 WIB, keempatnya belum dibebaskan, maka mereka agar menggelar aksi demonstrasi dengan mendatangkan sekitar 1.500 massa.

Namun, hal tersebut tak digubris aparat. Hingga pukul sebelas malam itu, massa berkumpul untuk melakukan unjukrasa untuk menuntut pembebasan tahanan.

Massa demonstran mengepung komando militer dari segala penjuru. Namun tak disangka, aksi mereka dibalas dengan hujan peluru dari personel militer melalui Batalyon Artileri Pertahanan Udara ke-6, yang mengakibatkan banyak korban dari massa berjatuhan.

Ada yang melihat (saksi mata), sekitar tengah malam, Pangdam V/Jaya Letjen Try Sutrisno dan Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani mengawasi pemindahan korban.

Related Articles

Latest Articles