2.8 C
New York
Saturday, January 11, 2025

Uji Coba Program Makan Gratis di SLB Negeri Pembina

Medan, MISTAR.ID

Uji coba program makan gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto saat ini sedang dilaksanakan di SLB-E Negeri Pembina Medan, Jumat (13/12/24).

Uji coba makan gratis di sekolah ini dibagi ke dalam dua sesi. Pertama untuk Sekolah Dasar (SD), lalu kedua sesi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Koordinator pembagian makan gratis, Turino, menyampaikan menu makanan yang diberikan kepada siswa bervariatif.

“Tapi nggak ada susu. Menunya bergantian, nasi, karbohidrat, sayur, buah, lauk. Artinya menu empat sehat sudah terpenuhi,” ucapnya kepada mistar.id di Aula SLB-E Negeri Pembina Medan, Jumat (13/12/24).

Baca juga: Program Makan Gratis di Sumut Bakal Diuji Coba Disdik

Turino menambahkan ada sebanyak 465 paket makanan yang disalurkan kepada siswa.

“Sesuai dengan jumlah siswa di sekolah ini, termasuk SD, SMP, dan SMA,” katanya.

Lanjutnya, setiap sesi biasanya makan bersama di aula. Namun, ada juga beberapa yang tidak makan bersama.

“Kadang ada siswa yang mengganggu siswa lain ketika makan. Itu yang kita khawatirkan. Jadi, mereka khususnya SD makan dengan orang tua,” tuturnya.

Menurutnya, program yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto sudah bagus.

“Menurut saya bagus, karena kebutuhan manusia itu kan makan. Kalau bisa program ini berkelanjutan. Harapan saya tentu program ini dapat disalurkan kepada masyarakat di daerah pelosok,” lanjutnya.

Kepala sekolah SLB-E Negeri Pembina Medan, Mardi Panjaitan, menyampaikan evaluasi terkait program makan gratis.

“Terkait pemberian, saya tidak tahu ini makan pagi atau makan siang. Tapi, kalau dimakan jam 10 pagi saya pikir cocok. Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit,” pungkasnya.

Baca juga: Gerakan Makan Gratis Deli Serdang Sehat Digelar di Tanjung Morawa

Lanjut Mardi, kualitas makanan yang disalurkan oleh pemerintah cukup baik.

“Harusnya kemarin kita koordinasi dengan penyedia makanan, karena kebutuhan gizi anak-anak difabel berbeda dengan anak normal pada umumnya,” tuturnya.

Mardi, juga mengatakan awalnya mengkhawatirkan masalah sampah yang berasal dari sisa tempat makanan.

“Awalnya khawatir masalah sampah, tapi ternyata siswa tertarik dengan tempat makannya karena plastik kan. Kebanyakan mereka tempat makanan itu dibawa pulang ke rumah,” tuturnya.

Mardi juga mengaku tidak terlalu mengetahui harga per porsi makanan.

“Kami utamakan kualitas, tapi kemarin sekitar Rp10.000 – Rp15.000 per porsi,” katanya. (amita/hm20)

Related Articles

Latest Articles