Baca Juga :Â Menciptakan Generasi Emas Lewat Seni Teater
Hal lain yang juga menjadi pembeda adalah durasi, film biasanya lebih panjang daripada teater. Pun dengan cerita, dalam pertunjukan teater, di satu pementasan cerita dengan keberagamannya harus selesai. Sedangkan di film bisa bersambung dan ber-series.
“Karena saya basicnya teater dan sekarang beralih ke film, saya tidak ingin teater khususnya di Medan redup. Dunia teater harus tetap berkibar dan pemerintah, diharapkan lebih mendekatkan diri dengan para pelaku seni,” ucapnya.
Menurutnya, jika dapat perhatian serius baik dunia teater maupun perfilman selain menghidupi kesenian dan dunia hiburan, mampu juga menghidupi para pelaku seninya.
“Terutama karya-karya seniman daerah, karena menurut survey independent, Sumut menjadi penyumbang 40 persen penonton bioskop di Indonesia. Perfilman Sumut pernah jaya pada masa keemasannya dalam kurun waktu tahun 1950-1980-an. Ada hampir 100 rumah produksi pada masa itu. Artinya masyarakat Sumut sangat antusias di industri ini,” pungkasnya. (maulana/hm24)