6.9 C
New York
Monday, October 28, 2024

NTP di Sumut Naik, Pengamat: Nasib Petani Masih Buruk

Dimana situasinya juga sama dengan NTP hortikultura, NTP yang memburuk tersebut dipicu oleh indeks yang dibayar petani lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang diterima oleh petani.

Hal yang sama juga terjadi pada NTP peternakan, sekalipun angkanya naik menjadi 96.24. Namun tetap saja harga yang harus dibayar peternak tetap lebih tinggi dari hasil yang diterima dari usahanya.

“Ini menggambarkan bahwa tingginya pengeluaran petani untuk memenuhi segala pengeluaran termasuk untuk bercocok tanam, masih lebih besar dari pendapatan. Masih lebih besar pasak dari tiang. Padahal sejumlah komoditas pangan milik petani bertahan mahal. Katakan daging ayam bertahan diatas Rp33 ribu per kg, cabai merah diatas Rp40 ribu per kg, beras medium masih di kisaran Rp13 ribu hingga Rp14 ribuan per kg,” sebutnya.

Baca juga : Nilai Tukar Petani Sumut Naik 0,96 Persen

Sehingga jika petani mengharapkan kenaikan daya beli, maka mereka mengharapkan harga jual terus mengalami kenaikan. Padahal di harga yang sekarang saja konsumen sudah mengurangi konsumsinya. Sehingga pemerintah yang harus intervensi, bisa dengan menekan biaya input produksi, menekan inflasi atau menambal sisi pengeluaran petani.

“Kenaikan NTP saat ini lebih dinikmati oleh petani perkebunan rakyat. Dimana indeksnya mencapai 175.81. Serta NTP perikanan yang indeksnya berada di level 102.30. Walaupun untuk sub sektor perikanan budidaya indeksnya hanya sebesar 95.40. Kesimpulannya banyak petani di Sumut masih bernasib suram ditengah harga kebutuhan pangan yang bertahan mahal,” pungkas Gunawan. (anita/hm18)

Related Articles

Latest Articles