15.2 C
New York
Sunday, October 6, 2024

Horas Dancer, Kelompok Penari Tradisional untuk Ragam Acara

Medan, MISTAR.ID

Kehadiran penari tradisional pada acara-acara pernikahan kini menjadi hal yang lumrah terjadi. Kumpulan penari tradisional ini semakin banyak dan berkembang.

Horas Dancer  sebagai satu kelompok penari tradisional yang berada di Kota Medan tidak menutup kemungkinan mereka menerima undangan menari di luar kota Medan.

Cindi Panjaitan, owner dari Horas Dancer, mengatakan kelompoknya tak hanya fokus kepada tarian adat Batak, tetapi tetap menerima undangan menari adat lainnya.

Sebagai usaha atau bisnis pribadi, tentu hal ini menjadi salah satu tantangan bagi Cindi. Karena ia harus menyediakan setiap properti ataupun busana yang akan dikenakan oleh para dancer.

Baca juga:Modernisasi Pesta Adat dengan Kehadiran Penari Tradisional

“Karena ini berbentuk usaha, sistem bisnis bukan untuk kebudayaan gitu kan, nah itu tantangannya otomatis di mana-mana usaha pasti ada modal itu aja sih nggak ada yang lain,” ujarnya kepada Mistar di bilangan Jalan Mataram Medan, Sabtu (3/8/24).

Untuk undangan menari di pesta pernikahan, Cindi mengaku memasang tarif  Rp800.000, untuk 3 penari.  Jika ingin menambah jumlah dancer maka harus menambah sekitar Rp 200.000 per dancer.

“Tapi itu khusus Medan, terkecuali kalau misalnya di luar kota Medan, sudah beda lagi biayanya karena kan lebih jauh, otomatis kita kan melihat transport jadi berbeda harganya,” sebutnya.

Baca juga:Festival Musik dan Tari 2024 Diikuti 380 Penari Sanggar Kota Medan

Cindi bersyukur karena kini Horas Dancer dapat berdiri sendiri.  Sebelumnya mereka harus bekerja sama dengan event organizer (EO) maupun wedding organizer (WO) yang membuat brand mereka tertutup oleh EO tersebut.

Dengan perkembangan saat ini, ia berharap agar timnya semakin maju dalam berkarya serta dapat dikenal lebih banyak orang.

“Harapanku terkhusus untuk Horas Dancer itu jangan takut untuk berkreasi. Jangan malu, jangan merasa minder ataupun insecure. Kita berkarya dan dilihat banyak orang. Kitalah yang menjadikan kita artis. Kalau misalnya kita nggak menunjukkan apa yang kita punya siapa lagi yang melihat? Jadi jangan ditutupi,” tutupnya. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles