Baca juga: Omset Pedagang Buku Bekas di Medan Menyusut, Pasang Strategi Baru Tetap Saja Sepi
Dirinya, Nuraida, dan para pedagang lainnya menggunakan payung di sudut pintu masuk untuk menghindari sinar matahari berlebihan. Mereka memanggil para pengendara yang tengah melintas untuk berkunjung ke kios mereka.
Dulu, sebelum direlokasi Pemerintah Kota (Pemko) Medan, penghasilan mereka terbilang sangat lumayan, jauh dari penghasilan sekarang ini. Sebab, di kawasan Titi Gantung sejumlah orang lalu lalang mencari buku untuk keperluan sekolah ataupun perkuliahan.
Menyiasati sepi pengunjung itu, Nuraida menambahkan, dia dan sang adik tak hanya berjualan dengan cara konvensional. Mereka menjajaki dengan berjualan secara online via aplikasi.
“Zaman sekarang semua ada di genggaman tangan masing-masing,” bilang Nuraida.
Baca juga: Pedagang Buku Titi Gantung Medan, Sepi Pengunjung dan Berharap Tak Lagi Digusur
Namun, kata wanita berusia 42 tahun itu, penjualan secara online terkadang lebih murah. Pihak aplikasi terkadang memberikan diskon suatu waktu. Cara itu menurutnya dipilih daripada harus bertahan dan tak bergerak mengimbangi zaman serba digital ini.
“Apalah mau dibilang, daripada tak laku buku-buku ini, kita tak makan, gimana? Kita harus mengikuti perkembangan zaman,” ucapnya.
Nuraida dan adiknya sudah 7 tahun berdagang buku di Kota Medan. Keduanya mendapatkan tempat permanen berupa kontainer bantuan dari pemerintah.
Ada 2 kios lapak mereka, satu lokasi mereka pakai milik pemilik kios pedagang buku yang sudah tak lagi berjualan. Keduanya pun mengaku, berjualan di tempat yang lama lebih enak daripada di tempat baru.