Banjir dan Longsor, Dampak Abai Selamatkan Hutan
banjir dan longsor dampak abai selamatkan hutan
Medan, MISTAR.ID
Banjir dan tanah longsor tidak hanya berbicara soal korban jiwa, hilangnya harta atau psikologi yang terganggu. Tidak saja sekedar membahas fenomena alam akibat intensitas hujan yang tinggi atau prediksi BMKG serta bagaimana penganggulan pasca bencana. Namun lebih dari pada itu, banjir dan tanah longsor adalah berbicara tentang hak masyarakat yang tersingkirkan akibat abai menjaga hutan.
Banjir dahsyat dan tanah longsor menghantam sejumlah wilayah di Sumatera Utara, pada Senin (13/11/23) hingga Selasa (14/11/23). Curah hujan yang cukup tinggi menghantam hampir merata di sejumlah wilayah menjadi penyebab bencana tersebut terjadi.
Diantaranya di Dairi, Samosir, Medan, Langkat, Deli Serdang dan Tapsel. Jumlah wilayah yang terdampak cukup banyak mengingat banjir yang dialami kali ini cukup besar.
Baca juga:Bupati Samosir Tinjau Lokasi Banjir di Empat Desa Kecamatan Harian
Di Tapsel banjir menghantam 5 Desa, di Deli Serdang banjir terdapat di Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Tanjung Morawadi Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Tanjung Morawa. Di Langkat, banjir terjadi di di Dusun Simpang Telu Desa Poncowarno, Kecamatan Salapian. Bencana longsor di Kabupaten Dairi mencapai 19 titik, yang tersebar di 13 kecamatan. Di Medan, banjir terjadi di Kampung Aur akibat meluapnya Sungai Deli. Serta longsor dan banjir di sejumlah desa di Samosir.
Selain memakan korban jiwa, namun yang tidak kalah kejamnya banjir membuat kerugian bagi masyarakat yang terkena dampak karena banjir turut menggenangi rumah dan areal persawahan.
Belum lama ini pada September 2023 banjir juga terjadi di Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Diduga kuat banjir ini ditengarai oleh konversi perkebunan teh menjadi perkebunan sawit yang sebelumnya di tentang warga. Pada September 2023 lalu, 5 Kecamatan di Asahan Banjir, Ratusan Hektare Sawah Ikut Tergenang.
Pengamat lingkungan Medan Jaya Arjuna menilai bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Utara tentu saja sangat berhubungan dengan kondisi alam khususnya hutan di Sumatera Utara yang sudah tarap mengkhawatirkan. Menurutnya, jika alasan intensitas dan curah hujan yang cukup tinggi, hal itu bisa diatasi apabila hutan di Sumatera Utara baik-baik saja.
“Pasti ada kaitannya Hutan yang rusak dengan banjir yang terjadi. Curah hujan tinggi, hutan dan lantai hutan yang rusak, itu penyebabnya,“ ujar Jaya Arjuna kepada Mistar.id melalui saluran telepon.
Menurut Jaya Arjuna kalau banjir di Kota Medan biasanya kerena tersumbatnya drainase. Sedangkan bila Sungai Deli meluap itu karena hutan rusak yang dekat di hulu.