Bentrokan Maut di Suriah Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang


Anggota pasukan keamanan baru Suriah berangkat dari kota Idlib di barat laut sebagai bala bantuan untuk wilayah pesisir pada 8 Maret 2025. (f: AFP/mistar)
Damaskus, MISTAR.ID
Lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas di pesisir Suriah dalam bentrokan paling mematikan sejak penggulingan rezim Bashar al-Assad. Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, menyerukan persatuan dan perdamaian nasional.
Dilansir AFP, Minggu (9/3/2025), kekerasan terjadi pada hari Kamis antara pasukan keamanan yang baru dan loyalis pemerintah sebelumnya di sepanjang pantai Mediterania, wilayah tempat tinggal minoritas Alawite yang merupakan asal-usul Assad.
Kekerasan ini telah berkembang menjadi tantangan terbesar bagi pasukan pemerintah baru sejak koalisi yang dipimpin oleh kelompok Islamis Sharaa menggulingkan Assad pada bulan Desember lalu.
"Kita harus menjaga persatuan nasional (dan) perdamaian sipil sebisa mungkin, dan, Insyaallah, kita akan dapat hidup bersama di negara ini," kata Sharaa dalam sebuah pidato dari sebuah masjid di Damaskus.
Berdasarkan laporan dari Syrian Observatory for Human Rights, sebuah lembaga pemantau perang yang berpusat di Inggris, sebanyak 745 warga sipil tewas di provinsi Latakia dan Tartus.
Observatory mengatakan para korban tewas tersebut dibunuh dalam 'eksekusi' yang dilakukan oleh personel keamanan atau pejuang pro-pemerintah, disertai dengan "penjarahan rumah dan properti".
Pertempuran tersebut juga menewaskan 125 anggota pasukan keamanan dan 148 pejuang pro-Assad, menurut Observatory, sehingga total korban tewas menjadi 1.018 orang.
Kantor berita resmi SANA melaporkan bahwa pasukan keamanan telah dikerahkan ke Latakia, serta ke kota Jableh dan Baniyas di selatan, untuk memulihkan ketertiban.
Seorang warga Baniyas, Samir Haidar, 67 tahun, mengatakan kepada AFP bahwa dua saudara laki-lakinya dan keponakannya dibunuh oleh "kelompok bersenjata" yang memasuki rumah-rumah penduduk, dan menambahkan bahwa ada "orang asing di antara mereka".
Meskipun Haidar merupakan seorang Alawi, ia merupakan bagian dari oposisi sayap kiri terhadap Assad dan telah dipenjara selama lebih dari satu dekade di bawah pemerintahan Assad.
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Hassan Abdul Ghani, mengatakan pasukan keamanan telah "menerapkan kembali kendali" atas wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi sasaran serangan oleh para loyalis Assad.
"Dilarang keras mendekati rumah mana pun atau menyerang siapa pun yang berada di dalam rumah mereka," tambahnya dalam sebuah video yang diunggah oleh SANA.
Menteri Pendidikan Nazir al-Qadri juga mengumumkan bahwa sekolah-sekolah akan tetap tutup pada hari Minggu dan Senin di provinsi Latakia dan Tartus karena "kondisi keamanan yang tidak stabil".
SANA juga melaporkan pemadaman listrik di seluruh provinsi Latakia akibat serangan terhadap jaringan listrik oleh para loyalis Assad.
Pembunuhan ini terjadi setelah bentrokan yang dipicu oleh penangkapan seorang tersangka yang dicari di sebuah desa mayoritas penduduknya adalah Alawite, menurut laporan Observatory. (detik/hm24)