Gaza, MISTAR.ID
Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang terdepan dalam membantu Israel.
Negeri Paman Sam itu baru-baru ini memakai hak vetonya untuk menampik wacana resolusi gencatan senjata di Gaza pada forum Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Itu menyebabkan pemerintahan Presiden Joe Biden terdampak kecaman dan penolakan dari pihak internasional. Contohnya, China dan Rusia mengkritik standar ganda Amerika dan hukuman mati yang dijatuhkan pada warga Palestina sebagai korban serangan Israel di masa mendatang.
Baca juga:Israel Mengabarkan Kekalahan Tempur Terburuknya
Amnesty International menyatakan, AS dengan berani memakai dan mempersenjatai hak vetonya untuk memperkuat Dewan Keamanan PBB.
Pendapat Akademisi dari Koc University, Tarik Cyril Amar, daftar kecaman ini dapat saja bertambah panjang. Khususnya jika menambahkan suara-suara dari negara-negara berkembang. Menurutnya, ini bisa menyudutkan kedudukan AS di kancah dunia.
Namun Tarik membeberkan satu pertanyaan yang mencuat. Mengapa AS mau mengorbankan kredibilitasnya untuk membela Israel yang kini dengan membabi buta menyerbu Gaza yang secara terbuka berlawanan dengan sebagian besar komunitas global.
Baca juga:Joe Biden: Israel Mulai Kehilangan Dukungan Dunia
Di kolom RT, Tarik memaparkan letak AS dalam membela Israel merupakan sebuah kebanggaan. Ini tak terlepas dari perang dunia kedua.
“Kebanggaan AS sudah ditanamkan karena sebagai salah satu kekuasaan yang menjatuhkan Jerman, negara pelaku Holocaust,” sebutnya, dilansir Jumat (15/12/23).
Faktor lainnya adalah bagaimana Israel berguna menjadi penegak hukum dan pos terdepan hegemoni AS di Timur Tengah dan terkadang di luarnya. Ini justru menyebabkan sejumlah pemimpin Washington sudah memperkuat komitmennya untuk membela Israel.
Baca juga: Gencatan Senjata Berakhir, Israel Kembali Serang 400 Lebih Target Hamas
“Seperti yang dikatakan Presiden AS saat ini, Joe Biden pada tahun 1986 saat sebagai senator yang ambisius dan pantang menyerah, jika tidak ada Israel, Negeri Paman Sam harus menciptakannya,” jelas Tarik. (cnbc/hm16)