Terdakwa Ngaku Aniaya Anak Kandung, Seorang Hakim Ngaku Pernah Dicubit


Terdakwa Dewi Tiffany Nisha saat diperiksa sebagai terdakwa di PN Medan. (f:deddy/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Seorang ibu, Dewi Tiffany Nisha (38), terdakwa kasus penganiayaan terhadap anak kandungnya berinisial K (6) menjalani sidang beragendakan pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Medan, pada Selasa (18/2/25) petang.
Dalam persidangan yang digelar di Ruang Sidang Cakra 9, ibu dua orang anak tersebut mengakui perbuatannya di hadapan majelis hakim. Dewi pun menjelaskan alasan mengapa dia tega menganiaya anak kandungnya.
"Pada saat itu saya dalam keadaan stres, terus pada saat itu juga anak saya berbohong masalah stiker hilang di sekolahnya. Jadi, di situ saya emosi," ungkapnya.
Dewi juga mengaku, ia menganiaya K dengan menggunakan ikat pinggang secara berulang kali hingga anaknya tersebut menangis kesakitan.
"Berulang kali (saya pukul). Saya tidak ada mencekik," ujar Dewi diikuti isak tangisnya, dan kemudian mengaku menyesal telah menganiaya anaknya.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban perbuatannya, Dewi mengatakan bahwa ia bersedia dan siap dihukum oleh hakim apabila benar-benar terbukti bersalah.
"Saya bekerja sebagai online shop (pedagang daring). Dari pekerjaan itu saya mampu untuk membiaya anak-anak. Saya menyesal dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi," tuturnya.
Mendengar pengakuan Dewi, salah satu hakim anggota bernama Zufida Hanum memberikan nasihat kepada Dewi. Layaknya seorang ibu, Zufida terlihat tak tega melihat anak kecil dianiaya oleh orang lain apalagi ibu kandungnya sendiri.
Hal itu tampak ketika jaksa penuntut umum (JPU) pada Kejaksaan Negeri (Kejari) Medan, Septian Napitupulu, memperlihatkan barang bukti (barbuk) penganiayaan berupa rekaman video CCTV kepada majelis hakim.
"Awal mula anak berbohong itu ketika saudara sebagai orang tua enggak pernah menghargai anak saudara ketika jujur. Karena dia enggak dihargai, maka dia akan terus berbohong. Kalau enggak percaya, cobalah saudara tanya psikolog," ucapnya.
Zufida pun mengingatkan Dewi untuk tidak pernah main fisik ketika anak berbuat sebuah kesalahan. Sebab, setiap anak itu harus dididik dan dibina atas kesalahan yang telah dilakukannya.
"Kalau bohong jangan dipukul, saudara ajak bicara kenapa dia bohong. Kalau saudara pukul, dia akan terus berbohong. Mungkin saudara enggak pernah ikut parenting, ya. Kalau saudara ikut parenting, yang saudara enggak tahu jadi tahu," tuturnya.
Tak sampai situ, Zufida pun mengaku bahwa dirinya sewaktu kecil juga pernah dicubit oleh orang tuanya. Namun, ia mengingatkan bahwa pada saat itu ilmu parenting tidak semasif saat ini.
"Dulu saya pun dicubit sama ibu saya dan guru saya, tapi itu dulu. Mungkin orang tua saya dulu enggak tahu parenting. Sudah beda zamannya sekarang, beda zaman," ujarnya.
Usai memeriksa terdakwa, majelis hakim yang diketuai Zulfikar menunda dan kembali melanjutkan persidangan, pada Rabu (25/2/25), dengan agenda pembacaan surat tuntutan dari JPU. (deddy/hm27)