Medan, MISTAR.ID
Penganiayaan yang dialami Suratik diduga dilakukan anak oknum dosen salah satu universitas negeri di Medan diduga dilatarbelakangi hubungan asmara antara oknum dosen dan Suratik. Hal itu diungkapkan ST yang mengaku keponakan kandung Suratik kepada Mistar, Senin (1/7/24).
Dijelaskannya, sebelum penganiayaan terjadi, wanita yang sehari-hari bertugas sebagai cleaning service (CS) di area gedung kampus itu dibawa keliling oleh oknum dosen dan isterinya.
Ketiganya mengendarai mobil berkeliling sembari menginterogasi Suratik. “Bibi saya ini polos bang. Mau aja dia dibawa, padahal itu jam kerja. Oknum dosen itu juga nggak ada minta izin sama atasan bibik saya di kerjaan,” ungkap ST.
Di dalam mobil, Suratik diinterogasi isteri oknum dosen perihal hubungan keduanya. Karena merasa tidak ada hubungan, Suratik pun menjelaskan apa adanya.
“Memang kata bibi saya ini, dosen itu sering ngechat dia. Sampai nggak ingat waktu, kadang sampai malam. Ngechat nya pun kayak gimana gitu. ‘udah makan malam’, ‘lagi apa’. Gitu-gitu lah bang. Bude saya karena merasa itu dosen, dijawab biasa aja. Kalau nggak dijawab nggak enak,” beber ST.
Baca Juga :Â Anak Oknum Dosen Diduga Aniaya Petugas CS Dilaporkan ke Polisi
Dijelaskan ST, Suratik dan oknum dosen itu telah memiliki pasangan masing-masing. Suratik pun selalu diantar dan dijemput oleh anaknya. “Jadi nggak mungkinlah selingkuh. Anaknya yang antar jemput setiap hari,” tegas ST.
Suratik juga mengeluhkan karena anak oknum dosen itu sempat menyita ponselnya. Akibatnya, Suratik tidak dapat berkomunikasi dengan pimpinannya bahwa dirinya diajak keluar di jam kerja oleh dosen beserta istrinya itu.
“Sampai di tempat kerja setelah diajak keliling, HP bibi saya dirampas sama anak bapak itu (dosen) dan anak itu paksa bibi saya buka kuncinya. Isi hp nya diperiksa semua sama anak bapak itu. Saat bibi saya dipukul pun HP nya masih dipegang dia,” ungkapnya.
Akibat peristiwa itu, selain mengalami sakit di bagian tubuhnya, Surati mengaku malu atas tuduhan perselingkuhan tersebut. “Malu lah bang. Nggak ada kok dibilang ada,” pengkas ST. (putra/hm24)
