Wawan menjelaskan, kemacetan paling sering terjadi di jam pulang sekolah dan kerja. Belum lagi klo ada orang sakit yang harus buru-buru memutar di lokasi tersebut.
Lanjut dia, kalaupun dia dan teman-temannya pergi dari lokasi tersebut, pembatas jalan itu pasti dibuka oleh warga dan akan menimbulkan kemacetan.
“Kalaupun kami pergi semua, terus pembatasnya dibuka sama warga. Otomatis mereka ini bingung semua, terus pasti macet parah,” bebernya lagi.
Takut dan Minta Polisi Jangan Main Pukul
Wawan dan teman-temannya terus dihantui rasa was-was pasca kejadian yang dialami Ahmad Firdaus beberapa waktu lalu. Mereka merasa trauma dengan kejadian tersebut dan berharap tidak akan terulang lagi.
Baca Juga:Â 18 Pak Ogah Diamankan Polresta Deli Serdang
“Rasa ketakutan itu ya pasti ada. Rasa was-was juga ia. Kebutuhan juga di rumah mendesak, awak berdoa saja dari atas, semoga diberi keselamatan,” kata Wawan diamini beberapa temannya.
Semenjak kejadian itu, Wawan selalu memperhatikan secara diam-diam orang yang datang dari kejauhan. Hal itu bertujuan untuk persiapan melarikan diri apabila oknum Polisi Sahbara datang ke lokasi.
“Kalau mereka datang lari lah kami. Dari jarak jauh lah awak liat, langsung lari awak,” sambungnya.
Wawan mengaku, dia dan teman-temannya bersalah dengan apa yang mereka lakukan. Tetapi dari sisi lainnya, mereka hanya ingin mencari nafkah dengan membantu masyarakat untuk mendapat imbalan.
Untuk itu Wawan teman-temannya berharap kejadian itu tidak akan terulang lagi. Tidak ada lagi Pak Ogah yang menjadi korban kekerasan.
“Kalau sekedar memperingati tidak masalah. Janganlah dipukuli, kami juga ada tanggungan,” keluh mereka.