16.3 C
New York
Monday, September 30, 2024

Rupiah Melemah, BI: Masih Lebih Baik dari Negara Lain

Jakarta, MISTAR.ID

Rupiah kembali mengalami pelemahan. Menurut Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 1,08% year to date (ytd) dari awal tahun 2020. Meski mengalami penurunan, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa penurunan ini masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.

“Seperti Won Korea yang mengalami depresiasi 5,07%, Bath Thailand yang mengalami depresiasi 6,42%, Singapura Dollar melemah 3,67%, dan Ringgit Malaysia melemah 2,91%,” jelas Perry pada Jumat (28/2/20) di Jakarta.

Dengan melihat hal ini, Perry mengaku bahwa pasar keuangan Indonesia memang sedang meradang. Apalagi wabah virus Corona saat ini masih terus memengaruhi kondisi global dan menyebabkan para investor melepas investasi portofolionya.

Akan tetapi, Perry pun meyakinkan bahwa BI dan Pemerintah akan tetap terus melakukan intervensi untuk menstabilkan pasar, nilai tukar rupiah, dan pasar keuangan khususnya obligasi pemerintah dengan melakukan mitigasi pengaruh virus Corona.

“Kita tetap akan berkoordinasi erat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi,” tandasnya.

Pelemahan Rupiah Diperkirakan Berlanjut 

Setelah melemah dalam sepekan ini, rupiah diprediksi belum mampu bangkit dan melanjutkan tren negatif. Pada pekan ini, rupiah di pasar spot melemah 4,05% ke Rp 14.318 per dolar Amerika Serikat (AS).

Tren negatif juga dialami rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI), mata uang garuda ini tercatat melemah 3,32% sepanjang pekan ini. Kurs tengah BI berada di Rp 14.234 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menilai, virus corona masih akan menjadi sentimen utama yang mengerek pergerakan rupiah. “Trennya saat ini pasar masih menghindari aset berisiko, dan pekan depan polanya sepertinya masih sama. Selama virus ini masih menelan korban baru dan muncul di negara baru, serta vaksin tak segera ditemukan, rupiah masih akan kembali melemah,” terang Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2/20).

Sementara ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menilai, rupiah masih punya potensi melemah pada pekan depan. Namun dia melihat, rilisnya beberapa data ekonomi global dan langkah intervensi BI bisa memberi pengaruh terhadap pergerakan rupiah.

“Pekan depan pergerakan seharusnya bisa lebih diantisipasi dengan rilisnya inflasi Indonesia, data tenaga kerja dari AS. Diharapkan ini dapat sedikit menahan pelemahan rupiah,” kata Reni.

Reni menyebut, di luar data tersebut, risiko masih berasal dari terus berlanjutnya penyebaran virus corona. Baik Reni dan Faisyal, sama-sama menilai rupiah pada pekan depan akan bergerak pada rentang yang cukup lebar seiring dengan volatilitas rupiah yang cukup tinggi belakangan ini.

Reny memperkirakan rupiah akan berada pada rentang Rp 14.250 per dolar AS-Rp 14.400 per dolar AS. Sedangkan Faisyal memproyeksikan rupiah akan berada di level Rp 13.980 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS pada pekan depan.

ILUSTRASI. Pekerja menghitung uang Dollar Amerika Serikat dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019). Risiko pelemahan rupiah masih berasal dari terus berlanjutnya penyebaran virus corona.(ant/int/hm09)
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Sumber: Antara

Editor: Jelita

Related Articles

Latest Articles