0.3 C
New York
Sunday, January 12, 2025

Februari 2022, Nilai Tukar Petani Turun 0,72%

Medan, MISTAR.ID

Februari 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatra Utara (Sumut) mencatat,  Nilai Tukar Petani (NTP) turun 0,72% dibandingkan bulan Januari, atau dari 126,75 menjadi 125,83.

Penurunan NTP ini dipicu turunnya NTP pada seluruh subsektor, yaitu NTP subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,62%, NTP subsektor Hortikultura sebesar 0,19%, NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,72%, NTP subsektor Peternakan sebesar 1,55%, dan NTP subsektor Perikanan sebesar 0,57%.

“Turunnya NTP subsektor ini dikarenakan  indeks harga yang dibayarkan oleh petani (Ib) lebih tinggi dari indeks harga yang diterima oleh petani (It). Untuk It bulan Februari, kami mencatat ada penurunan sebesar 0,18% dibandingkan dengan It Januari 2022, yaitu dari 137,41 menjadi 137,16,” jelas Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin, Senin (7/3/22).

Baca juga:Pupuk Subsidi Kosong 5 Bulan, Petani Parbuluan Dairi Gagal Bercocok Tanam

Penurunan lt terjadi pada empat subsektor, yaitu It subsektor tanaman pangan sebesar 0,08%, It tanaman perkebunan rakyat subsektor sebesar 0,10%, It subsektor peternakan sebesar 1,23%, dan It subsektor perikanan sebesar 0,21%.
Hanya It subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan sebesar 0,32%.

Sedangkan untuk Ib di bulan Februari, lanjutnya, terjadi kenaikan yang cukup tinggi yakni sebesar 0,54% dibandingkan dengan Ib Januari 2022, atau dari 108,41 menjadi 109,00.

“Kenaikan Ib terjadi pada seluruh subsektor, yaitu Ib subsektor tanaman pangan sebesar 0,54%, Ib subsektor hortikultura sebesar 0,51%, Ib subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,63%, Ib subsector peternakan sebesar 0,33%, dan Ib subsektor perikanan sebesar 0,36%,” tambahnya.

Jika dilihat secara rinci, maka penurunan NTP Tanaman Pangan/Padi dan Palawija karena ada perubahan yang terjadi pada It karena indeks kelompok padi turun sebesar 0,15%, yaitu dari 103,16 menjadi 103,00, sedangkan indeks kelompok palawija naik sebesar 0,13%, yaitu dari 116,14 menjadi 116,30.

Sementara itu, indeks kelompok buah-buahan turun sebesar 3,93%, yaitu dari 102,65 menjadi 98,62 dan indeks kelompok tanaman obat-obatan sebesar 1,29%, yaitu dari 85,22 menjadi 84,12.
Perubahan pada Ib terjadi karena Indeks IKRT mengalami kenaikan sebesar 0,34%, yaitu dari 108,80 menjadi 109,17 dan indeks BPPBM naik sebesar 0,86%, yaitu dari 108,12 menjadi 109,05.

“Sedangkan untuk NTP subsektor perkebunan mengalami penurunan sebesar 0,72%. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,10%, sedangkan Ib naik sebesar 0,63%.  Perubahan pada It terjadi karena indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat secara rata-rata turun sebesar 0,10%, yaitu dari 175,71 menjadi 175,53, sedangkan perubahan pada Ib terjadi karena indeks IKRT naik sebesar 0,59%, yaitu dari 107,92 menjadi 108,56 dan indeks BPPBM naik sebesar 0,76%, yaitu dari 110,06 menjadi 110,90,” jabarnya.

Lebih lanjut, dikatakan Nurul untuk survei Harga Produsen Gabah di Sumut, pada Februari 2022 telah mencatat 103 observasi transaksi penjualan gabah di 13 kabupaten terpilih dengan komposisi terbanyak didominasi oleh Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 50 observasi (48,54%), diikuti oleh Gabah Kualitas Rendah sebanyak 27 observasi
(26,21%), dan Gabah Kualitas GKG sebanyak 26 observasi (25,24%).

Baca juga:Januari, Nilai Tukar Petani di Sumut Naik 0,63%

“Di tingkat petani pada Februari 2022, harga gabah tertinggi senilai Rp5.940 per
kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Inpari 32 di Kabupaten Asahan dan GKP Varietas Inpari 32 di Kabupaten Asahan. Sedangkan harga terendah senilai Rp4.200 per kg berasal dari Gabah Kualitas GKP varietas Inpari 32 di kabupaten Simalungun,” jabarnya.

Lalu, untuk di tingkat penggilingan pada Februari 2022, harga gabah tertinggi senilai Rp6.000 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Inpari 32 di Kabupaten Asahan dan GKP Varietas Inpari 32 di Kabupaten Asahan.

“Sedangkan harga terendah senilai Rp4.250 per kg berasal dari Gabah Kualitas GKP varietas Inpari 32 di kabupaten Simalungun. Rata-rata harga gabah kelompok kualitas Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 1,28 persen dari Rp5.462 per kg pada Januari menjadi Rp5.393 per kg pada Februari 2022. Kelompok kualitas Gabah Kering Panen (GKP) juga mengalami penuruan sebesar 2,93 persen dari bulan sebelumnya yaitu dari Rp4.908 per kg menjadi Rp4.764 per kg,” pungkasnya. (anita/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles