Workshop di UDA, Fotografi Jurnalistik Jadi Elemen Penting dalam Pemberitaan


Mahasiswa dan pemateri foto bersama usai workshop. (f:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr Muhammad Said Harahap menyebut fotografi jurnalistik menjadi elemen penting dalam dunia pemberitaan. Tidak hanya sekedar menangkap gambar, menurutnya, fotografi jurnalistik juga menjadi alat utama menyampaikan berita dan cerita melalui visual.
“Foto jurnalistik harus aktual, artinya relevan dengan peristiwa terkini. Kemudian faktual, akurat dan tidak palsu. Lalu objektif, dan mampu menceritakan sebuah kisah,” katanya saat mengisi kegiatan workshop di Kampus Fakultas Ilmu Sosial Politik dan Sastra Universitas Darma Agung (UDA), Selasa (25/2/2025).
Ketua Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia Sumut itu menjelaskan ada berbagai jenis fotografi jurnalistik, seperti foto berita umum, potret, olahraga, hingga seni dan budaya. Dia menegaskan seorang fotografer memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan gambar yang tidak hanya menarik tetapi juga informatif.
Said juga menekankan pentingnya kode etik dalam fotografi jurnalistik. Seorang fotografer harus menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, serta tidak boleh memanipulasi gambar yang dapat mengubah makna suatu peristiwa.
“Integritas dan objektivitas sangat diperlukan agar informasi yang disampaikan itu jujur, adil dan tidak memihak,” tutur anggota Pewarta Foto Indonesia (PFI) itu.
Pemateri lainnya, Binsar Bakkara mengatakan menjadi jurnalis foto merupakan panggilan jiwa.
“Sebagai jurnalis foto, kita harus berada di lokasi, juga kita datang duluan dan pulangnya belakangan, supaya kita berhasil mendapatkan momen foto yang pas dan menarik,” katanya.
Kontributor Associated Press itu menjelaskan mahasiswa saat ini sudah jauh lebih menguasai bagaimana mengkolaborasikan antara fotografi dengan digitalisasi.
“Malah menjadi peluang sebenarnya. Apalagi generasi sekarang pasti lebih tajam daya endus mereka soal ini, dari pada kita,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Binsar, membuat keterangan (caption) juga tak kalah penting dalam menjelaskan sebuah foto.
“Buat dengan kalimat aktif, ringkas dan tentu saja menjelaskan dengan rumus 5W+1H. Kita harus menghindari salah persepsi dan multi tafsir, maupun menambah informasi yang tidak ada di dalam gambar,” ucapnya.
Sementara, Dosen Pengampu Ilmu Komunikasi UDA, Besti Rohana Simbolon menyebutkan disrupsi media massa saat ini menjadi latar belakang diselenggarakannya workshop tersebut.
Menurutnya, dengan adanya teknologi yang kian berkembang saat ini membuat siapa saja dapat menjadi jurnalis (citizen journalism).
“Tetapi foto jurnalistik itu sebenarnya hanya mampu dilakukan jurnalis yang sudah paham makna foto yang dapat dipublikasikan secara umum. Makanya kita juga hadirkan narasumber yang ahli bahkan sudah pernah meliput di event-event internasional,” katanya.
Peserta workshop, Ester Harapan Jaya Gulo mengaku senang karena dapat menambah wawasannya terkait fotografi jurnalistik.
“Harapannya kegiatan seperti ini bisa berlanjut dan memberi ilmu lebih mendalam tentang fotografi jurnalistik, baik dari teknik mengambil foto yang ada nilai beritanya, sampai dengan ilmu jurnalistik yang membahas tentang berita,” ucapnya. (susan/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Profesor Amri Amir dan Lukisan dari Jarum Akupuntur Bekas