9.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

WHO Usut Obat Batuk Mematikan Buatan Indonesia

Jakarta, MISTAR.ID

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ternyata tengah menggelar penyelidikan pada obat batuk sirup di Indonesia, Gambia, dan Uzbekistan. Hal ini terjadi setelah adanya kasus gagal ginjal di tiga negara tersebut yang mengakibatkan kematian sebanyak 300 orang khususnya usia anak-anak.

Seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa lembaga kesehatan internasional itu sedang menggali informasi lebih lanjut tentang bahan mentah spesifik yang digunakan oleh enam produsen di India dan Indonesia untuk memproduksi obat-obatan yang terkait dengan gelombang kematian ini.

Namun, belum ada informasi dan rincian yang pasti terkait siapa saja 6 produsen yang masuk dalam penyelidikan lembaga itu.

Baca Juga:WHO: Kasus Malaria Global Meningkat Lebih Lambat Pada 2021

“WHO juga menyelidiki apakah perusahaan memperolehnya bahan itu dari pemasok yang sama,” ujar sumber itu dikutip, Selasa, (24/1/23).

Selain itu, WHO juga sedang mempertimbangkan apakah akan menyarankan warga dunia untuk mewaspadai penggunaan obat batuk sirup. Pasalnya, ada beberapa pertanyaan keamanan yang belum terselesaikan.

“Pakar WHO sedang mengevaluasi bukti apakah, atau kapan, produk semacam itu secara medis diperlukan untuk anak-anak.”

Kematian anak akibat gagal ginjal akut dimulai pada Juli 2022 di Gambia, diikuti kasus di Indonesia dan Uzbekistan. WHO mengatakan kematian itu terkait dengan sirup obat batuk yang dijual bebas yang diminum anak-anak untuk penyakit umum dan mengandung racun yang diketahui, baik dietilen glikol atau etilen glikol.

Sampai saat ini, WHO telah mengidentifikasi enam pembuat obat di India dan Indonesia yang memproduksi sirup tersebut. Sejauh ini, seluruh pabrikan itu menolak mengomentari penyelidikan atau menyangkal menggunakan bahan yang terkontaminasi yang menyebabkan kematian.

“Ini adalah prioritas tertinggi bagi kami, untuk melihat tidak ada lagi kematian anak dari sesuatu yang sangat dapat dicegah,” kata juru bicara WHO Margaret Harris, tanpa berkomentar lebih jauh mengenai rincian pekerjaan organisasi tersebut.(cnbc/hm12)

Related Articles

Latest Articles