15.4 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Stigma dan Tabu Sosial Menghambat Perjuangan Indonesia Melawan Covid-19

Jakarta, MISTAR.ID

Pihak berwenang Indonesia mengeluh ratusan orang telah menolak tes COVID-19 karena tabu sosial muncul sebagai hambatan lain untuk menghentikan penyebarannya di negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.

Indonesia melaporkan 1.113 infeksi coronavirus baru pada hari Rabu, menjadikan jumlah total kasusnya menjadi 49.009 – tertinggi di Asia Tenggara.

Pejabat kementerian kesehatan Achmad Yurianto mengatakan ada 38 kematian lagi yang dilaporkan, dengan total kematian sekarang 2.573, melampaui negara-negara lain di Asia Timur di luar negara Cina.

Baca juga: Mari Hentikan Stigma Negatif Terkait Covid-19

Meskipun ada percepatan infeksi, minggu ini ratusan pedagang tradisional di Bali dan Sumatra menolak untuk diuji, bahkan ketika pasar yang ramai dan padat telah muncul sebagai titik infeksi virus korona, kata para pejabat.

Di Bali, pihak berwenang bertujuan untuk menguji 2.200 pedagang di daerah Tabanan tetapi pada hari Selasa 200 pedagang tidak jadi muncul.

Baca juga: Kisah Pilu Ibu Penjual Pecal Gang Demak, Mereka Terlanjur Kena Stigma

“Mereka takut dengan stigma,” kata Bupati Klungkung Nyoman Suwirta, itu nanti jika diketahui mereka harus diisolasi.”

Pihak berwenang di pasar Solok di Sumatra Barat mengatakan 150 orang di sana juga menolak untuk diuji.

“Mungkin ada ketakutan, mungkin ada trauma, kita perlu mengeksplorasi alasannya,” kata Jasman Rizal, juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sumatera Barat. “Pemerintah harus mengambil tindakan persuasif dan mendidik.”

270 juta orang di Indonesia tersebar di 18.000 pulau yang membentang lebih dari 5.000 km.

Beberapa desa di Jawa dan Kalimantan tidak mengizinkan pemakaman bagi mereka yang telah meninggal karena Covid-19, takut penguburan dapat menyebarkan penyakit, sementara dokter setempat melaporkan bahwa beberapa pasien yang menunjukkan gejala menolak untuk pergi ke rumah sakit yang ditunjuk karena stigma.

Di Sulawesi, satu komunitas secara paksa mengambil jasad korban virus korona dari rumah sakit sehingga mereka dapat dimakamkan sesuai dengan ritual keagamaan daripada protokol Covid-19.

Penerapan langkah-langkah jarak sosial bervariasi di seluruh negeri, dengan beberapa komunitas lebih sedikit mengindahkannya.

Sulfikar Amir, seorang sosiolog bencana di Nanyang Technological University di Singapura, mengatakan bahwa stigma muncul dari informasi yang terbatas.

“Stigma adalah indikator bagaimana komunikasi dan penyebaran informasi di Indonesia belum berhasil,” katanya. (CNA/JA/hm06)

Related Articles

Latest Articles