20.2 C
New York
Friday, May 10, 2024

Jumlah Kasus Stunting di Padanglawas 2.187, Dinkes Sumut: Sudah Turun dari Tahun Lalu

Medan, MISTAR.ID

Berdasarkan Data Penimbangan pada bulan Februari 2023 dan data EPPGBM, terkonfirmasi sebanyak 2.187 kasus di di Kabupaten Padanglawas. Dari jumlah itu, anak laki-laki ada sebanyak 1.307 dan perempuan 983. Sedangkan kategori pendek ada 1.671 dan sangat pendek sebanyak 516.

Namun, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinas Kesehatan Sumut, Hamid Rijal Lubis SKM MKes ketika dikonfirmasi Mistar mengatakan, jumlah itu sudah mengalami penurunan dibanding tahun lalu.

Meski begitu, Hamid mengakui bahwa ada perbedaan laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan Sumut, di mana data pada Februari 2023 yang bersumber dari EPPGBM tercatat sasaran real 23.313, sedangkan yang diukur ada sebanyak 18.600.

Baca Juga: Kasus Stunting di Padanglawas Mencapai 2.187, BKKBN Sumut Angkat Bicara

“Dari 18.600 ini ditemukan yang sangat pendek 623 kemudian pendek 1.377 atau sama dengan 2.000 keadaan stuntingnya. Kalau kita persentasekan dari jumlah sasaran maka itu sebesar 10,75%,” rincinya.

Situasi ini, lanjut Hanid Rijal, jika dibandingkan pada tahun 2022 dengan berbasis data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Padanglawas posisi persentase 35,8%.

“Sehingga kita lihat tentunya ini ada tren penurunan dan ini cukup baik. Kalau memang nanti surveinya itu sesuai EPPGBM ini karena tahun ini menggunakan Survei Kesehatan Indonesia,” jabarnya pada Mistar, Kamis (31/8/23).

Ia juga mengakui bahwa ada perbedaan pengambilan data pada saat dilakukan survei. Namun, jika mengacu pada data tahun 2022 lalu angka stunting di Padanglawas cukup tinggi dan di 2023 mengalami tren penurunan.

Baca Juga: Sumut Targetkan Penurunan Angka Stunting 18,5% Selama 2023

“Kita harapkan kalau ada perbedaan data artinya tidak terlalu jauh,” imbuhnya.

Hamid Rijal menambahkan, stunting bisa dipengaruhi banyak faktor, dan bukan hanya persoalan gizi semata.

“Benar anak stunting ini terjadi kurangnya asupan gizi yang seimbang atau penyakit infeksi yang berulang. Namun kenapa ini terjadi pasti ada lagi faktor penyebabnya. Inilah yang perlu diperbaiki atau kita intervensi,” pungkasnya. (Anita/hm22)

Related Articles

Latest Articles