7.2 C
New York
Friday, April 19, 2024

Indonesia Peringkat Kedua Tertinggi Beban Tuberculosis di Dunia

Medan, MISTAR.ID

Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Litbangkes Kemenkes) Dr Nana Mulyana menjadi narasumber pada kuliah umum yang digelar di Gedung Auditorium USU, Jumat (29/10/21).

Kuliah umum itu sendiri merupakan rangkaian acara dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-34 Tahun 2021 yang digelar di Universitas Sumatera Utara (USU).

Dalam pemaparannya, Dr Nana menyebutkan peran ilmuwan muda dalam pencegahan dan penanganan Covid-19 berdampak luas pada keberhasilan melawan pandemi ini. Generasi muda cenderung memiliki visi yang sama, kepercayaan yang tinggi, kerja sama yang kuat, serta dukungan manajemen yang baik.

Baca Juga: Per Oktober 2021, Dinkes Temukan 807 Kasus TBC di Simalungun

Peneliti muda dapat mengambil riset terkait Covid-19, dengan menghasilkan pengembangan teknologi kesehatan serta publikasi internasional. Hal ini menjadi rekomendasi kebijakan untuk pemerintah. Karena, pada dasarnya kerja sama dalam penanganan masalah kesehatan butuh kerja sama penta helix, dimana ada lima komponen yang bekerja sama.

“Akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, pengusaha, serta media sangat diperlukan perannya untuk mewujudkan lingkungan kesehatan yang baik,” ujarnya.

Menurutnya, jika krisis memberikan kesempatan terbaik untuk berubah, kondisi pandemi Covid-19 telah banyak merubah kebiasaan hidup manusia. Berbagai aktivitas manusia harus mengadopsi protokol kesehatan.

Baca Juga: Akibat Pandemi Covid-19, Kasus TBC tidak Terdeteksi di Sumut

“Covid-19 telah membuat kesehatan prioritas nomor satu. Publik lebih peduli dan menyadari pentingnya kesehatan. Pandemi menyadarkan kita akan pentingnya resiliensi sektor kesehatan. Membuka mata kita akan masalah sistemik yang harus diperbaiki untuk meningkatkan kapasitas dan resiliensi kesehatan,” jelasnya.

Menurutnya, Indonesia masih mempunyai masalah kesehatan yang persisten. Kebiasaan hidup masyarakat Indonesia untuk hidup bersih dan sehat belum menjadi budaya. Masih banyak kebiasaan masyarakat yang tidak menyadari pentingnya kesehatan.

“Indonesia menjadi peringkat kedua tertinggi beban tuberculosis di dunia. Selain itu, ada 73% jumlah kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular, lebih tinggi daripada Asia Tenggara dengan rerata 60%. 39% dari populasi umur 15 tahun ke atas merokok, tertinggi di antara negara ASEAN,” urainya.

Baca Juga: Warning! Indonesia Peringkat Tiga Dunia Penderita TBC

Dikatakannya, Indonesia perlu memperkuat kemampuan mendeteksi dan merespon krisis di masa mendatang. Sistem informasi dan surveilans yang selalu siaga, kapasitas industri, hingga kapasitas dan kapabilitas logistik serta supply chain harus diperkuat menurutnya.

“Mengingat pembelajaran dari Covid-19 dan geografis Indonesia yang rawan bencana, diperlukan pendekatan multisektor yang terkoordinir untuk meningkatkan kesiapan nasional dan daerah dalam menghadapi krisis yang akan datang,” sebutnya.

Dr Nana mengingatkan peran generasi muda dalam mewujudkan Indonesia maju sangat dibutuhkan. Beberapa hal sederhana dapat dilakukan oleh generasi muda demi membangun Indonesia menjadi lebih baik dan lebih berkualitas.

“Generasi muda dapat menjadi Agen of change, dimana membangun kesadaran yang diperuntukkan kepada masyarakat awam yang kurang memiliki jiwa nasionalisme. Peran sebagai social control, mengajak generasi muda untuk melakukan aksi yang dilatarbelakangi dengan alasan jelas dan memiliki kajian,” pungkasnya.(ial/hm02)

Related Articles

Latest Articles