5.7 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Waspada Intervensi di Sidang Brigadir J

Jakarta, MISTAR.ID
Kasus pembunuhan Brigadir J dari awal penuh dengan kejutan-kejutan. Mulai dari rekayasa pembunuhan, modus pembunuhan, munculnya isu konsorsium 303, hingga yang terakhir tuntutan terhadap sejumlah tersangka termasuk tuntutan terhadap justice collaboration yang banyak menimbulkan reaksi.

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Laksamana Madya Soleman Ponto meminta masyarakat terus mencermati dan mengawasi proses persidangan kasus dugaan pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) usai muncul dugaan adanya upaya intervensi.

Dugaan tentang upaya intervensi persidangan kasus Yosua disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD pekan lalu. Mahfud memaparkan mendapat laporan tentang dugaan upaya intervensi buat mempengaruhi putusan (vonis) terhadap salah satu terdakwa kasus itu, Ferdy Sambo.

Baca juga:Presiden Jokowi Tegaskan Tidak Akan Intervensi Kasus Ferdy Sambo

Menurut pengamat intelijen Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto, proses persidangan dalam kasus itu yang tinggal beberapa tahap lagi menuju vonis menjadi titik penting dan tidak bisa diabaikan.

Maka dari itu, kata Soleman, masyarakat tetap harus mengawasi jalannya persidangan kasus itu.

“Kita tidak bisa apa-apa. Masyarakat tidak bisa apa-apa. Kita hanya bisa mengawasi sidangnya. Kalau ada pertemuan, pertemuannya di mana dan melihat putusannya nanti seperti apa,” kata Soleman seperti dikutip dari program Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, Senin (23/1/2023).

Soleman mengatakan, dia tidak memungkiri bahwa Ferdy Sambo yang saat ini dalam tahanan juga akan berupaya supaya mendapat keringanan hukuman dalam kasus itu. Selain itu, Soleman juga menanggapi tentang dugaan peranan orang-orang yang pernah dibantu oleh Sambo untuk berupaya meringankan hukuman mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri itu.
“Wajar orang-orang yang mempunyai utang budi, itu wajar-wajar saja. Bagi intelijen kita melihat itu wajar. Itulah intelijen, yang selalu dicari lihat indikasinya. Berhasil atau tidak,” ujar mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI itu.

Menurut pemberitaan sebelumnya, jaksa penuntut umum dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan menuntut Ferdy Sambo dengan pidana penjara seumur hidup dalam perkara itu pada Selasa (17/1/2023) lalu. Sedangkan terdakwa lainnya yakni Richard Eliezer dituntut selama 12 tahun penjara dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Rabu (18/1/2023).

Richard dinilai jaksa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pembunuhan berencana terhadap Yosua. Sementara itu, Kuat Ma’ruf, Ricky Rizal Wibowo (Bripka RR), dan istri Ferdy sambo yakni Putri Candrawathi dituntut penjara masing-masing selama 8 tahun dalam kasus itu. Jaksa menganggap kelima terdakwa terbukti melanggar dakwaan primer yakni Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Baca juga:Sekutu Putin Akui Intervensi Pemilu AS

Pelecehan dalam Skenario Polisi Tembak Polisi Selain itu, Ferdy Sambo juga dianggap terbukti melanggar dakwaan kedua pertama primer yakni Pasal 49 juncto Pasal 33 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Dalam kasus ini hanya Richard yang dilindungi oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). LPSK juga mengajukan permohonan supaya Richard dipertimbangkan sebagai saksi pelaku atau justice collaborator (JC), karena pengakuannya membongkar skenario di balik kasus itu. Dalam menjatuhkan tuntutannya, jaksa menyatakan ada sejumlah hal yang memberatkan dan meringankan hukuman Richard Eliezer.

Hal yang memberatkan Richard adalah dia merupakan eksekutor yang mengakibatkan Yosua meninggal. Selain itu, jaksa menganggap perbuatan Richard menimbulkan keresahan dan kegaduhan yang meluas di tengah masyarakat.

Sementara hal yang meringankan adalah Richard merupakan saksi pelaku yang bekerja sama atau justice collaborator untuk membongkar kejahatan dalam perkara ini.

Selain itu terdakwa juga belum pernah dihukum dan berlaku sopan serta kooperatif selama persidangan. Richard Eliezer juga disebut telah menyesali perbuatannya, dan perbuatan tersebut telah dimaafkan oleh pihak dari keluarga korban. (cnn/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles