8.2 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Sekutu Putin: Rusia Tak Bisa Hentikan Perang Meski Ukraina Tak Gabung NATO

Moskow, MISTAR.ID

Rusia tidak akan menghentikan kampanye militernya di Ukraina bahkan jika Kiev secara resmi meninggalkan aspirasinya untuk bergabung dengan NATO. Hal itu diungkapkan sekutu utama Presiden Vladimir Putin yang juga mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev.

Medvedev, yang kini menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, dalam sebuah wawancara dengan televisi Prancis juga mengatakan bahwa Rusia siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan syarat-syarat tertentu.

Bahkan sebelum invasi Februari, Moskow menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat diterima.

Baca Juga:Zelensky Klaim 40.000 Tentara Rusia Tewas dalam Perang di Ukraina

“Meninggalkan partisipasinya dalam aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tetapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian,” kata Medvedev kepada stasiun televisi LCI dalam kutipan yang dilaporkan oleh kantor berita Rusia seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (27/8/22).

Rusia, katanya, akan melanjutkan kampanye sampai tujuannya tercapai. Putin mengatakan dia ingin “denazifikasi” Ukraina. Kiev dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk perang penaklukan.

Rusia dan Ukraina mengadakan beberapa putaran pembicaraan setelah invasi dimulai, tetapi mereka tidak membuat kemajuan dan hanya ada sedikit prospek untuk dimulainya kembali.

Baca Juga:Menlu Rusia Sebut Barat Nyatakan Perang Total terhadap Rusia!

“(Pembicaraan) ini akan tergantung pada bagaimana peristiwa itu terjadi. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelensky),” ucap Medvedev.

Dalam komentarnya, dia juga mengatakan senjata Amerika Serikat (AS) yang sudah dipasok ke Ukraina – seperti peluncur roket ganda HIMARS – belum menimbulkan ancaman substansial. Tapi itu bisa berubah, katanya, jika senjata yang dikirim AS bisa mengenai target pada jarak yang lebih jauh.

“Artinya ketika rudal semacam ini terbang 70 km, itu satu hal. Tapi ketika itu 300-400 km, itu lain, sekarang itu akan menjadi ancaman langsung ke wilayah Federasi Rusia,” pungkasnya. (sindo/hm14)

Related Articles

Latest Articles