Monday, April 21, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Milisi Rakyat Myanmar Klaim Tewaskan 165 Tentara Junta

journalist-avatar-top
Senin, 14 Juni 2021 21.07
milisi_rakyat_myanmar_klaim_tewaskan_165_tentara_junta

milisi rakyat myanmar klaim tewaskan 165 tentara junta

news_banner

Naypyidaw, MISTAR.ID

Perang saudara di Myanmar sudah tak terelakkan lagi. Milisi rakyat Myanmar yang bersatu padu kini melawan kekuatan junta militer yang melakukan kudeta dengan menggulingkan pemerintahan yang sah di Myanmar.

Milisi rakyat di negara bagian Chin mengklaim telah menewaskan 165 tentara junta dalam dua bulan belakangan. Pasukan Pertahanan Chin menyatakan bahwa mereka menewaskan seratusan tentara itu dalam kurun 49 hari sejak 24 April hingga 11 Juni.

Berdasarkan pernyataan milisi yang dikutip media akhir pekan lalu, sekitar 30 personel mereka juga tewas dalam baku tembak dengan pasukan junta. Sementara itu, sembilan warga sipil tewas dan empat lainnya juga terluka akibat saling serang antara tentara junta dan Pasukan Pertahanan Chin.

Baca juga: Bentrok Militer-Sipil di Myanmar Tewaskan 20 Warga

Meski demikian, media belum dapat mengonfirmasi angka tersebut. Militer Myanmar juga belum merilis data terkait pertempuran mereka dengan milisi di negara bagian Chin. Saling serang tersebut pecah pada 24 April lalu, ketika penduduk negara bagian Chin memutuskan untuk melawan junta memakai senjata yang biasa mereka pakai untuk berburu.

Mereka marah karena polisi Myanmar tak menepati janji untuk membebaskan enam warga yang ditahan saat mengikuti aksi protes antikudeta. Saat itu, mereka menyerang pos polisi di Kota Mindat.

Sejak saat itu, rakyat di negara bagian Chin terus angkat senjata untuk melawan pasukan junta militer. di sana. Setidaknya ada enam milisi rakyat yang bergerak, yaitu dari Kanpetlet, Mindat, Hakha, Thantlang, Falam, dan Tedim. Tak hanya di Chin, para warga di negara bagian lain, terutama yang terletak di perbatasan Myanmar, juga membentuk milisi-milisi rakyat untuk melawan militer setelah kudeta.

Sementara itu, milisi etnis yang sejak dulu sudah berperang melawan pasukan pemerintah Myanmar juga menyatakan dukungan untuk gerakan rakyat. Myanmar pun terus terperosok dalam krisis setelah militer mengkudeta pemerintahan sipil pada 1 Februari lalu. Berdasarkan data kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 863 orang tewas akibat bentrok dengan aparat junta militer.

Baca juga: Penyair Myanmar Dibunuh karena Melawan Kudeta Militer

Milisi Karen Dituduh Bunuh 25 Pekerja

Sementara itu, media Myanmar yang dikendalikan junta pada Senin (14/6/21) menuduh kelompok etnis bersenjata membunuh 25 pekerja konstruksi. Pembunuhan itu dituduhkan terjadi di timur negara itu setelah menculik 47 orang bulan lalu.

Tidak dapat dikonfirmasi kepada Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) untuk mengomentari tuduhan tersebut. Juru bicara junta juga tidak memberikan komentar pasti mengenai tuduhan itu.

Konflik di perbatasan Myanmar telah berkobar kembali di beberapa tempat sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi. Media yang dikendalikan tentara, menunjukkan gambar-gambar dari apa yang tampak seperti 25 mayat yang dibaringkan di pembukaan hutan.

Mereka mengatakan para pria itu bekerja di Jembatan Sungai Uhu di Distrik Myawaddy, dekat perbatasan dengan Thailand, dan diculik dari lokasi konstruksi pada 31 Mei dalam satu kelompok yang juga termasuk 10 anak-anak dan enam wanita.

Baca juga: Tandingi Junta Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional Pamer Pasukan Militer Baru

Media mengatakan, total tujuh mayat ditemukan pada 11 Juni, satu terbakar dan yang lainnya dengan tangan terikat di belakang punggung mereka. Disebutkan 18 mayat lainnya ditemukan pada 12 Juni.

“Petugas dari lokasi pembangunan jembatan memeriksa mayat dengan identitas mereka untuk memberi tahu orang tua dan kerabat,” sebut laporan media. Pertempuran telah meningkat di Myanmar timur sejak kudeta dan bentrokan telah mengusir ribuan orang dari rumah mereka.

KNDO, yang telah memperjuangkan otonomi yang lebih besar bagi rakyat Karen sejak 1947, termasuk di antara kelompok etnis bersenjata yang sangat menentang pengambilalihan militer. (cnn/medcom/hm09)

REPORTER:

RELATED ARTICLES