17.7 C
New York
Tuesday, May 7, 2024

Iran Perkaya Bahan Bakar Nuklir Hingga 20 Persen

Iran, MISTAR.ID

Pemerintah Iran mulai menaikkan tingkat pengayaan bahan bakar nuklir hingga 20 persen. Jumlah bahan bakar nuklir berupa uranium itu melebihi batas yang disyaratkan dalam perjanjian yang disepakati pada 2015 silam.

Dilansir Associated Press, Selasa (5/1/21), keputusan itu diduga adalah cara Iran untuk menekan pemerintahan Amerika Serikat dan Presiden Donald Trump yang masa jabatannya hanya tinggal hitungan pekan, untuk segera berunding mencabut sanksi ekonomi terhadap negara itu.

Diperkirakan pula hal itu ditujukan guna mendesak Presiden terpilih AS, Joe Biden, untuk segera menentukan sikap dan kebijakan luar negeri Negeri Paman Sam terhadap Iran.

Baca juga: 3 ABK WNI Yang Hilang Di Perairan Jeju Korsel Masih Dicari

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, tidak menutupi keputusan pemerintah untuk menggenjot pengayaan uranium.

“Keputusan yang kami ambil bisa berubah tergantung sikap para pihak,” cuit Zarif melalui akun Twitter.

Proses pengayaan uranium itu dilakukan di instalasi bawah tanah di Fordo. Pengawas dari Badan Energi Atom Dunia (IAEA) menyaksikan langsung para peneliti nuklir setempat memasukkan 130 kilogram uranium yang belum diperkaya ke dalam mesin putar, untuk ditingkatkan hingga 20 persen.

Baca juga: Ilmuwan Nuklir Iran Tewas Terbunuh, Ini Tindakan Amerika Serikat

Jika hal itu terus dilakukan, maka cadangan uranium di Iran perlahan-lahan bisa mencapai tahapan untuk membuat senjata nuklir.

Menurut laporan perwakilan Iran untuk IAEA, Kazem Gharibabadi, proses pengayaan uranium menggunakan tiga mesin putar (centrifuge) yang terhubung. Salah satu di antaranya adalah mesin 1.044 IR-1, yang merupakan mesin pengaya uranium generasi pertama yang dimiliki Iran.

Juru Bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei, menyatakan perintah peningkatan pengayaan uranium itu disampaikan langsung oleh Presiden Hassan Rouhani.

Sebelumnya parlemen Iran sudah menyetujui undang-undang yang mengizinkan pengayaan uranium melebihi batas yang ditentukan dalam perjanjian 2015, untuk menekan Eropa menunaikan janji memberi bantuan atas penerapan sanksi.

Keputusan Iran kembali meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen bisa memicu ketegangan baru dengan Israel.

Sekitar satu dasawarsa lalu, Israel sudah bersiap akan menyerang fasilitas pengayaan nuklir Iran karena berkeras memperkaya uranium hingga 20 persen.

Baca juga: Amerika Serikat Sepakat Dengan Iran Lakukan Pertukaran Tahanan

Ketegangan mereda setelah Iran sepakat menandatangani perjanjian pembatasan nuklir pada 2015, dan sebagai gantinya sanksi terhadap mereka dicabut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengecam keputusan Iran kembali meningkatkan pengayaan uranium hingga 20 persen. Padahal, Israel juga mempunyai program senjata nuklir yang tidak disampaikan secara terbuka.

“Israel tidak akan membolehkan membuat senjata nuklir. Hal itu tidak bisa dijelaskan dengan cara lain bahwa mereka tetap melanjutkan rencana demi mencapai tujuan membuat senjata nuklir,” ujar Netanyahu.

Iran menyatakan program nuklir yang mereka lakukan saat ini adalah untuk tujuan damai, yakni pembangkit energi. Menurut laporan Kementerian Luar Negeri AS pada 2020, tidak ditemukan adanya indikasi Iran membuat senjata nuklir.

Akan tetapi, para pakar menyatakan cadangan uranium yang diperkaya dengan tingkat rendah di Iran saat ini cukup untuk membuat dua senjata nuklir jika memang mereka berniat melakukannya.

Iran murka setelah Trump secara sepihak menyatakan AS menarik diri dari perjanjian itu, dan kembali memberlakukan sejumlah sanksi bagi negara, lembaga pemerintah, badan usaha hingga individu. Alasan Trump melakukan hal itu karena Iran melanjutkan program rudal dan terlibat dalam konflik di Timur Tengah. (cnn/hm07)

Related Articles

Latest Articles