0.3 C
New York
Sunday, January 12, 2025

Enggan Ke RS, Pasien Covid-19 Di AS Pilih Meninggal Di Rumah

Springfield, MISTAR.ID

Jumlah infeksi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) masih tinggi di beberapa kawasan meski AS telah memulai program vaksinasi untuk melawan Covid-19. Karenanya, warga AS lantas mulai memilih meninggal di rumah ketimbang diisolasi di fasilitas kesehatan.

Dilaporkan media, Rabu (10/2/21), sejak pandemi virus corona merebak, pemilik rumah duka di Missouri, Brian Simmons, makin sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk mengambil jenazah. Karyawan-karyawan rumah duka itu secara berkala mendatangi rumah-rumah di Springfield.

Mereka memindahkan jenazah orang-orang yang memutuskan untuk meninggal di rumah dibanding menghabiskan hari-hari terakhir di rumah lansia atau rumah sakit, di mana pada masa pandemi ini anggota keluarga dilarang berkunjung.

Baca juga: Terkonfirmasi Covid-19 Amerika Serikat Capai 20 Juta Kasus

Simmons sangat memahami mengapa orang kini memilih meninggal di rumah. Putrinya sendiri yang berusia 49 tahun meninggal dunia akibat virus corona sebelum Natal lalu, di sebuah rumah sakit di Springfield, di mana keluarga hanya mendapat informasi soal kondisinya yang terus memburuk melalui telepon.

“Pemisahan itu, sangat, sangat berat,” ujar Simmons. “Putri saya pergi ke rumah sakit dan kami hanya melihatnya sekali melalui kaca ketika petugas rumah sakit memasang ventilator. Lalu, kami tidak pernah melihatnya lagi, hingga ia meninggal,” paparnya lirih.

Di seluruh Amerika, pasien yang sakit parah – baik karena Covid-19 maupun penyakit-penyakit lain – mengambil keputusan yang sama. Mereka memilih meninggal di rumah dibanding menghadapi skenario mengerikan mengucapkan selama tinggal kepada orang-orang yang dikasihi dari balik kaca, atau lewat panggilan video.

“Apa yang kami lihat dalam masa Covid ini, pasien ingin berada di rumah,” ujar Judi Lund Person, Wakil Presiden National Hospice and Palliative Care Organization. “Mereka tidak ingin pergi ke rumah sakit. Mereka tidak ingin ke rumah lansia.”

Organisasi-organisasi nasional yang menyediakan layanan paliatif melaporkan fasilitas-fasilitas itu melihat peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah hingga dua digit persentase. Layanan paliatif adalah perawatan untuk pasien yang sudah tidak dapat disembuhkan atau sudah pada stadium akhir penyakit.

Fenomena ini terjadi di Caroll Hospice di Westminster, Maryland, di mana terjadi lonjakan permintaan perawatan berbasis rumah antara 30 hingga 40 persen, ujar direktur eksekutif Regina Bodnar. Ia mengatakan menghindari rumah lansia dan risiko virus corona merupakan faktor terbesar di balik peningkatan permintaan itu.

Baca juga: Disuntik Vaksin, Perawat UGD RS Amerika Serikat Dinyatakan Positif Covid-19

Lisa Kossoudji, yang mengawasi para perawat di Ohio’s Space of Dayton, membawa pulang ibunya sendiri – yang kini berusia 95 tahun – ke rumah untuk tinggal bersamanya setelah perebakan pandemi tahun lalu. Ia pernah tidak melihat ibunya selama beberapa minggu dan khawatir kondisinya memburuk karena ia dikurung di kamar, seiring upaya fasilitas itu membatasi potensi perebakan virus.

Ibu Kossoudji, yang memiliki kondisi yang menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding arteri di bagian otak, kini menerima perawatan paliatif di rumah. Kossoudji melihat banyak keluarga-keluarga yang dilayaninya membuat pilihan serupa.

“Banyak orang yang membawa pulang anggota keluarga mereka yang memiliki banyak masalah fisik. Entah itu karena harus diberi makan lewat selang makanan atau trakea. Hal-hal yang dalam pandangan orang kebanyakan ‘ya Tuhan saya tidak dapat melakukannya.’ Namun, mereka membawanya pulang karena ingin bisa bersama-sama dan bisa melihat mereka,” ujarnya. (liputan6/hm09)

Related Articles

Latest Articles