15.2 C
New York
Tuesday, October 29, 2024

Dukung Aksi Protes Anti Rezim, Dua Aktris di Iran Ditangkap

Teheran, MISTAR.ID

Dua aktris terkenal Iran ditangkap atas tuduhan konspirasi dan kolusi. Sebelumnya, banyak tokoh perfilman dan olah raga dipanggil otoritas kehakiman atas komentar mereka terkait kerusuhan yang terjadi di negara tersebut.

Dua aktris itu adalah Katayoun Riahi dan Hengameh Ghaziani. Mereka ditangkap pada Minggu (20/11/22). Sehari sebelumnya, mereka dipanggil otoritas kehakiman dalam penyelidikan atas postingan di media sosial. “Pada Minggu malam, Riahi dan Ghaziani ditangkap atas perintah jaksa atas tuduhan “konspirasi dan kolusi untuk bertindak melawan keamanan negara,” kata media pemerintah.

Menurut laporan di media pemerintah, mengutip pejabat pengadilan, panggilan terhadap keduanya terkait pernyataan ‘provokatif’ mereka di media sosial dan platform media lainnya. Mereka dianggap mendukung kerusuhan jalanan.

Baca Juga:Hidung Kiper Iran Patah Saat Bertanding, Dikhawatirkan Alamin Gegar Otak Parah

Riahi merupakan aktris peraih penghargaan yang terkenal karena perannya dalam serial Nabi Yusuf (2009). Dia dilaporkan ditangkap di salah satu rumahnya dekat provinsi Qazvin. Tuduhan terhadap aktris berusia 60 tahun itu termasuk ‘menerbitkan informasi palsu’ yang ditujukan untuk ‘mengganggu pemikiran’ orang.

Riahi baru-baru ini muncul di saluran berita berbahasa Persia yang berbasis di Inggris, Iran International, tanpa jilbab. Dia mengkritik tindakan keras polisi terhadap pengunjuk rasa di Iran. “Beberapa jam sebelum Riahi, Ghaziani ditangkap atas tuduhan serupa atas perintah jaksa,” kata laporan media pemerintah.

Aktris berusia 52 tahun ini telah memenangkan beberapa penghargaan untuk karya sinematiknya. Termasuk dua Crystal Simorgh, Hafez Award, dan Iran Cinema Celebration Award. Dia sebelumnya telah memberi tahu di postingan Instagram tentang menerima panggilan dan juga memposting video tanpa jilbab.

Baca Juga:Demonstran Iran Bakar Rumah Ayatollah Khomeini

“Mungkin ini akan menjadi posting terakhir saya. Mulai saat ini, apa pun yang terjadi pada saya, ketahuilah bahwa seperti biasa, saya bersama rakyat Iran sampai napas terakhir saya,” tulisnya Sabtu (19/11/22) malam.

Menurut situs berita Mizan yang berafiliasi dengan peradilan negara, Ghaziani adalah satu dari delapan orang yang dipanggil karena postingan media sosial yang ‘provokatif’. Tokoh lain yang dipanggil yakni mantan pesepakbola dan pelatih, Yahya Golmohammadi.

Dia baru-baru ini mengkritik para pemain sepak bola nasional karena tidak mendukung protes yang sedang berlangsung. Protes yang meluas, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi moralitas Iran pada pertengahan September.

Baca Juga:Teroris Serang Provinsi Khuzestan Iran, 5 Warga Tewas

Aksi protes berubah menjadi kekerasan dalam beberapa pekan terakhir. Serangkaian serangan oleh pengunjuk rasa bersenjata terhadap personel keamanan telah dilaporkan terjadi di seluruh negeri. Lebih dari belasan pembunuhan polisi dan pasukan paramiliter Basiji. Otoritas Iran menyebut akssi protes tersebut sebagai kerusuhan. Pemerintah juga menyalahkan negara-negara Barat, khususnya AS, karena memicu kerusuhan di negara itu. Sejauh ini, enam orang telah dijatuhi hukuman mati dalam vonis awal oleh pengadilan di Teheran. Sementara banyak lainnya telah dijatuhi hukuman penjara mulai dari 5-10 tahun.

Komunitas Kurdi Iran diserang

Empat kota Kurdi Iran telah menyaksikan bentrokan yang sangat intens dalam beberapa hari terakhir, dengan 13 orang tewas selama 24 jam terakhir. Demikian diungkapkan aktivis Azhin Shekhi dari Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw yang berbasis di Norwegia kepada CNN pada Senin (21/11/22).

Menurut Hengaw, korban tercatat di Provinsi Kermanshah, Provinsi Azerbaijan Barat dan Provinsi Kurdistan, tempat mayoritas penduduk Kurdi Iran tinggal. “Korban tewas sejak Selasa (15/11/22) pekan lalu telah meningkat menjadi 41 orang tewas di kota-kota Kurdi,” kata Shekhi.

Baca Juga:Iran Bakal Adili 1.000 Orang yang Dituduh Terlibat Protes Mahsa Amini

Seorang anggota parlemen Iran yang mewakili Mahabad, merupakan ibu kota Kurdi yang memisahkan diri di Iran barat laut pada tahun 1946, mengatakan bahwa setidaknya 11 orang telah tewas di kota itu saja.

Jalal Mahmoodzadeh dikutip di outlet media reformis, mengatakan tidak jelas apakah Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), sayap militer elit Iran adalah bagian dari pasukan keamanan yang menindak di Mahabad, tetapi telah menulis surat kepada pejabat tinggi militer yang meminta mereka untuk meredakan situasi.(cnn/inews/hm15)

Related Articles

Latest Articles