10.7 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Aktivis LGBT Pertanyakan Tanggapan Peru Atas Kematian Transgender di Indonesia

Lima, MISTAR.ID

Aktivis LGBT di Peru menggelar protes pada Jumat (26/8/22) mempertanyakan bagaimana pemerintah mereka menangani kematian seorang transgender Peru di Indonesia awal bulan ini yang ditahan di bandara saat tiba untuk merayakan bulan madunya.

Rodrigo Ventosilla, seorang mahasiswa pascasarjana Peru di Universitas Harvard dan aktivis hak-hak transgender, meninggal di pulau wisata Bali karena “kegagalan tubuh” beberapa hari setelah ditahan karena dugaan kepemilikan ganja.

Kementerian Luar Negeri Peru mengeluarkan pernyataan minggu ini yang menyebut dugaan kepemilikan narkoba Ventosilla sebagai kejahatan serius di Indonesia dan bahwa transfobia tidak menjadi faktor dalam penangkapannya, tetapi tidak mengetahui bahwa dia kemudian meninggal saat dalam tahanan.

Baca Juga:Berbau LGBT, ‘Doctor Strange 2’ Dilarang Tayang di Saudi

“Kami menolak dan mengutuk pernyataan Kementerian Luar Negeri,” kata aktivis LGBT Luz Manriquez pada protes kecil di Lima.

Manriquez mengatakan pernyataan pemerintah itu bias karena mengadopsi posisi Indonesia dan tidak menuntut penyelidikan.

“Itu tidak memiliki empati karena tidak mengakui bahwa seorang Peru tewas di tangan polisi dari negara lain,” tambah Manriquez.

Baca Juga:Rosemary, Transgender Pertama Memenangkan Kursi di Virginia Barat

Brenda Alvarez, seorang pengacara untuk keluarga Ventosilla mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa Kementerian Luar Negeri telah setuju untuk meminta maaf atas pernyataan itu dan meluncurkan penyelidikan.

Kementerian Luar Negeri Peru sendiri tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Alvarez menambahkan, belum ada tanggal pasti kapan jenazah Ventosilla akan tiba di Lima.

Baca Juga:Vatikan Tegaskan Tak Bakal Restui Pernikahan Sesama Jenis

Polisi Indonesia mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa kasusnya ditutup dan tidak ada kekerasan yang terlibat dalam kematian Ventosilla.

“Bahkan jika Anda ditahan di negara lain, itu tidak nyata dan menyakitkan bahwa (pemerintah Peru) dapat meninggalkan Anda seperti ini,” kata Arturo Davila, anggota Diversidades Trans Masculinas, organisasi hak trans yang didirikan Ventosilla tujuh tahun lalu di Peru. (channelnewsasia/hm14)

Related Articles

Latest Articles