SENYUMAN TUA ( KABUT) PEMBISIK KARSA
Kabut itu mulai menyapa
membekap koar kata
membiaskan gelombang gema
menggambarkan tertangkap telinga
kabut itu baru saja berkata
menjepit riuh nan lena
mengharapkan senyum jiwa
menyambut sirnanya lara
wahai kabut teruslah menyangga
menyambut lembut sang suka
mengabaikan ragu sang duka
mewakili pembisik penuh karsa
dan, ketahuilah tidak semua orang akan mengerti perjalanan kabut
mereka hanya tahu kau terus berjalan,
tapi tak merasakan seruanmu
“ meski dari senyuman tua, selalu ada untuk selamanya”
#2023
SORAI BEREMBUS PADA LAUT
tersimpan banyak sabda
menyapa erat di sukma
menyatu tanpa suara
merangkul kabut rasa
seakan mengajak bicara
terlihat ruang lega
menyelipkan sayup damba
walau menahan lelah curiga
bersimbah angan tak berdaya
derap gelap menyisakan hampa
hangatnya kadangkala mengunyah nelangsa
menyusuri berapi – api terbuai warna
setidaknya ada yang terbaca
walau semu membeku diraba
menggerutu tak kunjung jumpa
tak pernahkah ada
ternyanyikan perapian nada
bahwa, di laut banyak tersimpan doa
bertalian pada satu nama
kepada Ilahi Sang Maha Penguasa
#2021
LUKISAN TIGA PEREMPUAN
I
Perempuan yang sedang merakit
tubuh lagi, kelak yang dilahirkannya
kuat tanpa harus tumbang oleh badai
teriring mitos belum tentu bisa dipercaya
namun, ranum di setiap musim berlalu
selalu ada yang abadi dari
sepanjang hayat kasihnya
II
Perempuan yang belum selesai
dengan dirinya
meredam ramainya isi kepala
siapakah dia sesungguhnya ?
berkisah memanjakan diri
dibalik mereka yang tak paham
merajut kegelisahan menjadi
lukisan kehidupan
merangkai keseimbangan serupa
pelajaran hayat
…..benar – benar tidak paham
bahwa ketidaktahuan sumber
ketakutan
III
Perempuan pengelana pikiran
tempat dimana menyukai hujan
membuatnya menari dalam keteduhan
bertarung bila hanya gerimis;
karena ia hanya mempercepat kelam
dan berjalan lambat
dibingkainya langit sebagai
catatan musim yang terlipat
….ia hanya terombang – ambing
di antara tetap menikmati
atau pergi menjauh ?
-2024
AKU, KAU DAN OMBAK
o, deburan ombak
menandak-nandak kegirangan
segemerlap sudut langit menyapa
meraungkan biru kepingan bahagia
sarat bertepas gelap merajai,
meski aku dan kau
kelewat rapuh menepuk
tak beriringan mengikuti sabda ombak,
tak mengapa…
aku dan kau terhuyung-huyung bahagia,
karena telah bertukar cerita
dan menemukan secawan diri kembali…
#2021
BERTAUT DEBURAN OMBAK
serupa ombak,
kita memeluk kerinduan
serupa menggulung,
kita membasuh kenangan
sampai akhirnya bertemu bait sela lautan
untuk siap berkelana kembali…
#2021
BUKU HARIAN KENANGAN
Ada yang ditawarkan pada kenangan
untukmu….
kisah yang kau jalani
di sela untaian kerinduanmu
; itu adalah waktu
Ada yang menggenggam erat kenangan
olehmu….
hati kecil yang menggores rasa
di mana segalanya pernah terjadi
; itu adalah luka
Ada yang mendebukan diri untuk kenangan
bagimu……
seperti menguburkan belulang relung
yang bertaut senampan rehat
terus ditumbuk sejenak
; itu adalah pesan
Adalah tentang
…..memberikan waktu
…..menerima luka
…..menemukan pesan
melalui kenangan ini
‘waspadalah dengan apa yang kau kenang’
#2021
SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda – Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar di berbagai platform media online & media cetak Nasional maupun Internasional. Karya-karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024). Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Adapun Instagram : @sultanmusa97 (ril/hm27)