Medan, MISTAR.ID
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali mengemukakan rencana menghapus bahan bakar minyak (BBM) RON 88 alias premium yang memiliki oktan dengan nilai ron 88 yang memiliki gas buang lebih kotor pada 2022 nanti. Untuk itu, pemerintah melalui PT Pertamina Patra Niaga mendorong masyarakat untuk menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan.
Menanggapi hal ini, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Wahyu Ario Utomo menilai langkah tepat dilakukan pemerintah untuk merencanakan penghapusan BBM jenis premium. Apalagi, premium sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi kendaraan
bermotor yang mengkonsumsi BBM berkualitas.
Menurutnya premium merupakan salah satu produk bahan bakar Pertamina dengan oktan rendah yang ke depan tidak lagi sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan bermotor, yang diproduksi beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Dewan Komisaris Pertamina Pastikan Kelancaran Distribusi BBM dan LPG di Sumut
“Hampir seluruh negara sudah beralih menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan serta sudah meninggalkan ron 88. Sehingga sudah tepat Pertamina melakukan penyesuaian premium dengan Pertalite (Ron 90),” kata Praktisi dari Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Sumatera Utara (USU), Minggu (26/12/21).
Wahyu menambahkan, hanya tinggal tujuh negara yang mengkonsumsi Ron 88 atau BBM setara premium ini yakni Indonesia, Kolombia, Mesir, Mongolia, Bangladesh, Ukraina, dan Uzbekistan. “Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian,” imbuhnya.
Dalam analisis ekonominya, dia juga menjelaskan dampak penghapusan premium tidak begitu dirasakan. Karena, masyarakat kalangan bawah memerlukan subsidi kesehatan, pendidikan dan pangan, ketimbang BBM.
“Pengalihan konsumsi premium ke pertalite menjadi kebijakan yang dapat diambil. Hanya saja memang harus dibuat kebijakan untuk melindungi kelompok masyarakat miskin dan angkutan umum,” ucap Wahyu.
Baca juga: Kelangkaan BBM di Sorong, Harga Pertalite Pengecer Tembus Rp50 Ribu per Liter
Wahyu mengatakan program Pertamina Langit Biru (PLB) sudah tepat. Karena, masyarakat membeli Pertalite cukup membayar dengan seharga premium. Sehingga Pertamina tidak saja memikirkan bisnis saja. Tapi, juga memikirkan dampak lingkungan dengan mengkonsumsi Ron 88. “Yaitu memberikan subsidi kepada kelompok tadi, dengan membayar pertalite dengan harga premium yaitu Rp6.450 per liter,” sebutnya.
Wahyu menambah dirinya mendukung pemerintah dan Pertamina untuk menghadirkan BBM berkualitas kepada masyarakat. Apalagi, dunia terus mengkampanyekan penggunaan BBM yang ramah lingkungan. “Iya (mendukung). Dari sisi dampak lingkungannya premium tidak begitu ramah terhadap lingkungan. Makanya memang dikurangi bahkan dihilangkan konsumsinya,” pungkasnya. (anita/hm09)