6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Harga Beras Terus Naik, Pengamat Jabarkan Sejumlah Faktornya

Medan, MISTAR.ID

Harga beras yang terus mengalami kenaikan belakangan ini tidak hanya terjadi di wilayah Sumatera Utara (Sumut) saja. Namun, naiknya harga beras memang terjadi di banyak daerah.

Menurut Pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Wahyu Ario Pratomo, kenaikan tersebut disebabkan, pertama karena produksinya yang berkurang.

Menurutnya, padi biasanya di Indonesia akan panen di bulan Februari sampai dengan April.

“Sehingga pada bulan Desember sampai dengan Januari, stok beras biasanya berkurang, sehingga kenaikan beras tidak dapat terelakkan. Kedua, Biaya produksi yang meningkat khususnya pupuk. Sulitnya petani mendapatkan pupuk bersubsidi dan bahkan masih banyaknya pupuk palsu menyebabkan petani harus membeli pupuk nonsubsidi,” ungkap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu pada MISTAR.ID, Rabu (18/1/23).

Baca Juga:Harga Beras Naik Melejit, Pedagang dan Pembeli ikut Menjerit

“Belum lagi kalau petani tertipu, membeli pupuk palsu sehingga produksi rendah sedangkan biayanya produksinya tinggi,” katanya lagi.

Sehingga, inilah yang menyebabkan nilai tukar petani tanaman pangan menjadi rendah, bahkan di Sumut kata Wahyu, Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan pada bulan Desember hanya 94,02.

Artinya pendapatan yang diterima petani tanaman pangan masih lebih rendah dibandingkan biaya produksi yang dikeluarkannya.

“Ketiga, efek kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan BBM yang dinaikkan pada bulan September 2022, memberikan dampak terhadap peningkatan biaya transportasi dan biaya-biaya produksi petani lainnya,” ujarnya.

“Dengan demikian, petani juga melakukan penyesuaian harga terhadap harga padi yang dijualnya. Walaupun kenaikan harga padi tersebut, masih tidak seimbang dengan kenaikan harga biaya produksi yang diemban petani karena NTP nya yang rendah,” sebutnya.

Baca Juga:Harga Beras, Gula serta Minyak Goreng Diupayakan Tetap Stabil

Saat ditanyakan apakah ada hubungannya menjelang tahun politik lantaran di tahun politik akan banyak calon anggota dewan yang melakukan bantuan sosial? Wahyu menyebutkan, tidak ada data yang mendukung argumentasi tersebut.

“Namun bisa juga terjadi karena biasanya tahun politik ada yang melakukan operasi pasar atau bantuan sosial meringankan beban masyarakat. Kalau dilakukan oleh banyak calon anggota dewan atau partai politik, bisa saja terjadi kenaikan harga beras karena dari sisi permintaannya meningkat,” bebernya.

Dalam jangka panjang kondisi ini, sambungnya, memang akan mengancam ketahanan pangan Indonesia kalau produksi tidak dinaikkan.

Dengan NTP tanaman pangan yang jauh berbeda dengan NTP perkebunan, maka alih fungsi lahan akan semakin besar terjadi dan Indonesia bakal mengalami defisit beras, dan harus mengimpor dari luar negeri lebih banyak.

Baca Juga:Disperindag Siantar Ungkap Penyebab Harga Beras Makin Mahal

Ia menambahkan, ada sejumlah cara agar harga beras diturunkan seperti melakukan impor, intensifikasi dan ekstensifikasi. Terpenting adalah bagaimana harga beras yang turun tetapi petani padi tidak dirugikan.

“Saat ini saja, mereka belum sejahtera lalu kebijakan menurunkan harga beras tentu berdampak terhadap pendapatan dan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, pemerintah juga harus berlaku adil,” sebutnya.

“Bagaimana NTP tanaman pangan khususnya beras bisa naik tetapi harga beras terjangkau. Saya yakin banyak program yg bisa dirancang untuk menurunkan biaya produksi atau menjamin harga beras tetap menguntungkan petani. Tinggal bagaimana eksekutif program tersebut secara benar dan berpihak kepada petani,” tegasnya.

Untuk itu, pemerintah jangan kalah dengan kekuatan kartel yang dapat mengatur harga beras kapan naik dan kapan turun. Peran Bulog harus benar-benar dapat membantu peningkatan kesejahteraan petani dan tidak membenani rakyat dengan harga yang tinggi.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles