16.1 C
New York
Sunday, May 12, 2024

Harga Beras Meroket, Pedagang Makanan di Siantar Memilih Pasrah Demi Bertahan Hidup

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Harga beras terus meroket sejak beberapa bulan dan dalam beberapa pekan terakhir terus terbang di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Ini menyebabkan banyak masyarakat mengeluh, seperti pedagang makanan yang paling sering menggunakan bahan pokok beras untuk jualannya.

Habibie misalnya. Dia mengaku mulai merasakan dampak kenaikan harga beras. Hanya saja wanita yang sudah berdagang puluhan tahun ini tidak bisa mengambil langkah lain untuk mengantisipasi kenaikan tersebut, selain pasrah.

Baca juga: Menjaga Stok Nasional, Salah Satu Penyebab Pemerintah Impor Beras

“Ada memang dampaknya, tapi susah juga untuk mengubah harga saat ini. Mulai berpikir juga bagaimana ya, gitu. Mau naikin nanti, kasihan konsumen juga,” ujar pemilik Rumah Makan (RM) Habibie di Jalan Sisingamangaraja, Kota Pematang Siantar menuju Kota Wisata Parapat itu, pada Selasa (12/9/23).

Selain tak menaikkan harga jual, lanjut Habibie, pihaknya juga tak ingin mengurangi porsi nasi di dalam satu piring konsumen. Ia melakukan hal itu semata-mata agar pelanggannya tidak hilang.

“Sekarang tak usah dulu cari untung banyak. Yang penting kami masih bisa bertahan hidup, anak pun bisa makan, begitu juga para pekerja, sudahlah bersyukur kali. Semoga Presiden segera menurunkan kembali harga beras, jangan mahal-mahal,” ucapnya, seraya menuturkan menghabiskan beras sebanyak minimal 30 kg setiap hari.

Apa yang dikeluhkan terkait kenaikan harga beras, diamini mbak Mul, salah seorang pemilik RM yang menyajikan segala jenis mie dan nasi goreng, beralamat di Jalan Sisingamangaraja dekat simpang Handayani, Kota Pematang Siantar.

Baca juga: Harga Gula Pasir Naik Tipis, Pedagang di Siantar Masih Optimis

Dia mengatakan, kenaikan itu sudah terjadi hampir 2 kali dalam bulan ini. “Naiknya memang gak langsung banyak. Tapi ya tetap naik. Belum lagi harga telur yang tak turun-turun sampai sekarang,” tukas pemilik ‘Warung Mba Mul’ dengan kesal.

Di tengah kenaikan harga beras dan telur, wanita ini mengaku, tidak memungkinkan untuk menaikkan harga makanan yang dijualnya. Begitu pun dengan porsinya masih tetap, serta tidak dikurangi.

Warung Mba Mul sudah terkenal sejak lama. Setiap hari warung ini bisa menghabiskan beras minimal 10 kg. Tetapi jika di momen hari besar, bisa melebihi hingga 2 kali lipat dari jumlah biasanya.

Keluhan yang sama diungkapkan pedagang lainnya, penjual gado-gado yang berada di Jalan Cokroaminoto, atau lebih tepatnya di samping sekolah Muhammadiyah.

Baca juga: Pemindahan Pedagang UMKM Kesawan Masih Wacana, Pemko Medan Masih Lakukan Pendataan

“Memang harga beras sekarang lumayan mahalnya. Bahkan dengar-dengar akan bakalan terus naik harga beras ini,” tutur Dewi, anak dari pemilik usaha tersebut.

Sebenarnya, terang Dewi, belum terlalu kesulitan dengan beras yang melambung tersebut. Bahkan, katanya, harga jual gado-gado nya masih menggunakan harga yang lama yakni Rp 8.000 per porsi. Dia juga tidak tega kalau harus menaikkan harga makanan yang dijual.

“Bagi kami, tak taulah jualan gado-gado lainnya, jika kenaikan harga hanya pada nasi, sementara harga lainnya, seperti tahu dan tempe tidak ada kenaikan yang berarti, maka harganya tetap normal kami buat. Gak usah serakah kali, pembeli itu pun banyak yang susah,” kata Dewi yang selalu ditemani sang ibu untuk berjualan.

Gado-gado Dewi merupakan turunan dari sang ibu. Setiap hari orang banyak antri untuk beli gado-gado miliknya. Untuk membuat lontong, ucap Dewi menghabiskan 5 hingga 7 kg beras setiap hari. (yetty/hm16)

Related Articles

Latest Articles